Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.6, No. 2
234
H a l a m a n
yang dirawat di berbagai rumah sakit di Se-
marang meningkat lebih dari 10 kali lipat
(www.depkes.go.id). Lain lagi dengan stroke
yang menjadi penyebab kematian pertama
di rumah sakit sejak 1996 hingga 1999
bunuh nomor tiga di Indonesia setelah pen-
yakit infeksi dan jantung koroner dan sekitar
28,5
persennya
meninggal
dunia
cacat ringan maupun berat (yastroki.or.id).
Namun, sekarang ini masa rawat inap bisa
dikelola menjadi semakin pendek karena
selain akan mengurangi beban pasien, juga
akan meningkatkan efisiensi kepada RS.
Penelitian Lewin (1991) yang dikutip dari
Suharyati (1998), menyimpulkan bahwa:
“Using home care incombination with in-
patient treatment is less costly in all cases
than simply using inpatient treatment.
When the cost benefit analysis includes a
quality of life factor, combination inpa-
tient/home therapy has even greater sav-
ing”.
Permasalahan yang terjadi adalah tidak
siapnya keluarga untuk merawat pasien
karena ketidaktahuan, ketidakmampuan
atau ketidakmauan mereka untuk merawat
pasien di rumah setelah pulang dari rumah
sakit.
Menyikapi kondisi ini maka perawatan
pasien di rumah dengan bantuan perawat
atau tenaga kesehatan lain menjadi alter-
natif yang terbaik. Seperti yang diutarakan
Achmad Sujudi sewaktu masih menjabat
sebagai Menkes, bahwa para lansia yang
terpaksa harus tinggal di rumah karena le-
mah atau pasca perawatan dan membu-
tuhkan perawatan kesehatan dapat dibantu
dengan "Perawatan Kesehatan Usia Lanjut
Home
Care
juga disampaikan oleh Mamat Lukman
(2004), bahwa RS tidak saja memberikan
pelayanan yang bersifat kuratif namun juga
bisa memberikan pelayanan yang kompre-
hensif (promotif, preventif, dan rehabilitatif)
Hos-
pital Home Care
pula bahwa melalui upaya ini RS akan me-
maksimalkan bentuk pelayanan sampai ke
tingkat perifer yaitu rumah pasien.
Trisnantoro (2005) juga menyetujui adanya
HC yang diselenggarakan oleh RS seperti
yang diutarakannya, “….Sebenarnya sangat
menyenangkan kalau RS mempunyai bagian
yang mengurusi pasien-pasien yang harus
home care
kelompok kerja ini maka keluarga pasien
berhubungan dengan manajer RS dan mem-
persiapkan paket perawatan di rumah se-
cara menyeluruh. Hal ini dapat menghemat
pengeluaran, dan keluarga pasien tidak
terlalu
berat
menyiapkan
segala
sesuatunya”.
Semakin jelas kiranya bahwa perawatan
yang berbasis rumah merupakan alternatif
terbaik yang dapat dikembangkan untuk
merawat pasien yang memerlukan perawa-
tan lama karena terbukti banyak memberi-
kan manfaat baik bagi pasien maupun RS.
Beberapa rumah sakit di Jakarta ada yang
sudah menyediakan pelayanan HC secara
resmi dan ada diantaranya yang proaktif
dalam mengenalkan HC ini pada masyara-
kat baik melalui penyediaan leaflet HC di RS
maupun pembuatan situs HC di internet.
Begitu pula di kota Bandung ada RS yang
sudah secara formal menyediakan pelaya-
nan HC, salah satunya RS Al-Islam Bandung
(RSAI).
Secara geografis RSAI yang terletak di
wilayah Bandung Timur memiliki posisi yang
sangat strategis karena secara kewilayahan
merupakan
daerah
yang
akan
dikembangkan sebagai perkotaan. Sebagai
for profit
not for profit
harus berkompetisi dengan RS lainnya yang
semakin menjamur di kota Bandung. Saat
market leader
Bandung Timur tetapi di masa mendatang
akan bermunculan juga RS baru yang siap
bekompetisi. Kompetisi yang terjadi akan
semakin keras baik dengan RS swasta
sendiri atau juga dengan RS milik
Dadang Munandar