Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.6, No. 2
246
H a l a m a n
Ironisnya penanggulangan kedua perma-
salahan tersebut bersifat kontradiktif,
dalam pengertian negara-negara miskin
akan menanggulangi kemiskinannya den-
gan salah satu caranya yaitu
mendayagunakan alam alih-alih menguliti-
nya secara berlebihan sehingga melampaui
batas-batas kemampuan alam untuk memu-
lihkan dirinya sendiri. Mendayagunakan
alam secara berlebihan, selain akan mengu-
rangi sumber daya alam bersangkutan yang
dapat memperluas kemiskinan, pemuli-
hannya pun akan membutuhkan dana yang
tidak sedikit.
Oleh karenanya negara dengan kondisi eko-
steady state economy
Environmental Labeling
Eco Labelingsus-
tainable products
Life
Cycle Analysis
life cycle assessment
terhadap daur hidup produk-produk ber-
Environmental Labeling
Eco Labeling
seri standar-standar ISO 14000 tentang
environment management systems and
standards
secara umum di atas. Seperti diketahui in-
dustri konstruksi meliputi di antaranya ar-
sitektur yang melibatkan gedung, termasuk
ke dalam kelompok industri sekunder yang
energy-producing
dan mengkonsumsinya secara intensif.
LCA sebagai instrumen manajemen lingkun-
gan dan pengambilan keputusan bagi proses
produksi secara umum, termasuk proses
desain, secara denotatif menunjukkan suatu
kegiatan yang berhubungan dengan pemuli-
han global karena melakukan analisis untuk
product sustainability
berlanjutan produk bersangkutan. Namun
dari seluruh rangkaian hubungan di atas
bagaimana mengukur keberlanjutan suatu
architectural
sustainability
System Approach To Architecture
pendekatan arsitektur sebagai sistem yang
ditawarkan oleh A. Benjamin Handler
(Handler, 1970), dengan ke 4 (empat) sub
sistemnya yaitu:
1. Proses Desain;
2. Proses Konstruksi;
3. Proses Operasi;
4. Proses Bionomik Manusia,
ternyata memiliki kesamaan paradigma den-
gan LCA dalam menyelesaikan permasala-
han arsitektur yaitu dengan memperhitung-
kan daur–hidup–gedung melalui keempat
sub sistemnya, meskipun belum memperhi-
tungkan proses pengelolaan gedung di akhir
kegunaannya yang dapat dianalogikan den-
gan proses pengolahan limbah produksi
pada LCA.
Meskipun secara eksplisit Handler belum
menyatakan dampak-dampak negatif ling-
kungan terutama akibat konsumsi enerji
beserta biaya yang akan dikeluarkan akibat
daur–hidup–gedung dalam konteks gedung
sebagai produk sistem arsitektur, namun
secara implisit pemikiran Handler menyata-
kan bahwa penyelesaian permasalahan ar-
sitektur sebaiknya dipertimbangkan secara
cradle–to–grave
Pada sistem arsitektur para arsitek boleh
jadi hanya akan merasa berkepentingan
dengan proses perencanaan dan perancan-
gan gedung namun pada kenyataannya
mereka tidak dapat menghindari keterli-
batan para pembangun, operator gedung,
dan pengguna gedung selama proses pen-
gadaan gedung dalam konteks gedung seba-
LCA yang merupakan instrumen berbasis
cradle–to–grave
dari–kelahiran–hingga–kematian, mengukur
keberlanjutan suatu produk dengan cara
menganalisis enerji, biaya yang akan diguna-
kan, dan dampak-dampak lingkungan yang
akan terjadi di sepanjang daur–hidup–
produk bersangkutan. Sedangkan produk
berkelanjutan yang dimaksud adalah hasil
dari proses produksi yang tidak mengancam
keberlanjutan ketersediaan sumber-sumber
daya khususnya alam, dengan perkataan
lain bukan hasil dari proses menguliti alam
atau bumi seperti kasus di atas.
ARCHITECTURAL SUSTAINABILITY
Pernyataan bahwa “50% dari seluruh kon-
sumsi enerji lingkungan buatan merepresen-
tasikan keterkaitannya dengan industri kon-
struksi” (Steele, 1997), menunjukkan bahwa
gedung dalam konteks produk suatu proses
arsitektur berperilaku sama dengan produk
Wanita Subadra Abioso