Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.6, No. 2
214
H a l a m a n
atau loyalitas yang sangat tinggi, sifat ra-
jin, hasrat bekerja keras, serta konsep
pemikiran rasa bangga dan juga budaya
malu, dan masih banyak lagi.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba men-
gupas tentang nilai-nilai tradisi bangsa
Jepang meliputi: rasa solidaritas kelom-
pok, kesadaran rasa memiliki, dan rasa
kesetiaan atau loyalitas tinggi yang dit-
erapkan dalam sistem manajemen peru-
sahaan di Jepang.
RASA SOLIDARITAS KELOMPOK
Hingga saat ini, Jepang mengikuti pola
yang telah dikenalnya. Jepang adalah ne-
gara Timur dan tentu saja berbeda dalam
banyak hal dengan Jerman. Satu perbe-
daan penting terletak pada kekuatan ke-
luarga atau suku. Masyarakat Jepang bu-
kanlah suatu kumpulan individu, tetapi
kumpulan kelompok-kelompok keluarga.
Seorang laki-laki di Jepang cenderung un-
tuk mengalihkan kepada perusahaan rasa
keanggotaan yang sebelumnya mereka
dapat dari keluarga besarnya atau de-
sanya. Jika mereka menganggap diri
mereka sebagai individu, sebagai unit tak
berdaya dalam dunia yang bermusuhan,
mereka akan merasa tidak aman dan ti-
dak bahagia. Karenanya, mereka lebih
senang menjadi anggota kelompok ke-
luarga, dalam hal ini perusahaan, yang
Per-
tama
tinggal dalam perusahaan yang sama se-
lama hidup kerjanya, dan tidak
memikirkan untuk meninggalkan perusa-
haannya seperti dia juga tidak akan
memikirkan untuk mengganti namanya.
Kedua,
sahaan (seperti halnya dalam keluarga)
sangat mengutamakan senioritas dan
kenaikan pangkat atau gaji secara teratur
Ketiga,
ruh selalu berhubungan dengan perusa-
haan, tidak dengan pekerjaan. Ia meru-
pakan perpanjangan atau cermin dari pe-
rusahaan dan memberikan dasar untuk
perundingan intern, tetapi tidak bertentan-
gan dengan suatu kesetiaan pokok.
Sejak jaman dulu orang Jepang sudah
memiliki rasa saling memperhatikan antar
sesama keluarga dan lingkungan, sebagai
aspek yang penting dalam kehidupan
mereka. Begitu kuatnya arti kehidupan
berkelompok di Jepang, pada akhirnya
menimbulkan rasa solidaritas kelompok
shuudan ishiki
mengkonsentrasikan diri dalam kelompo-
knya. Seorang pemimpin meskipun
fungsinya berbeda dari anggota-anggota
kelompok namun pada hakikatnya adalah
individu juga. Karena pemimpin adalah
individu, maka ia pun selalu menempat-
kan dirinya di bawah kelompok, dan tidak
sama tinggi apalagi di atasnya.
Rasa kebersamaan dan solidaritas yang
tinggi dalam kelompok, menciptakan sua-
sana satu tim kerja yang solid. Sebagai
satu tim kerja, setiap individu melakukan
pendekatan dalam pekerjaan dengan
membuat keputusan-keputusan yang akan
membawa kesatuan tujuan bersama. Dan
kesatuan tujuan inilah yang membawa
pribadi-pribadi yang berbeda ini dalam
kerja sama yang baik demi mencapai ke-
berhasilan kelompok. Kesadaran akan
solidaritas kelompok juga akan membantu
mengendalikan perselisihan yang biasa
timbul dalam suatu oganisasi.
Selalu berusaha mensukseskan program
kerja dengan cara memberikan penghar-
gaan kepada setiap orang di kelompok,
dan membuat mereka merasa bahwa
setiap orang menghargai usaha mereka.
Bentuk kerja sama ini adalah bentuk yang
paling penting dari kepribadian orang
Jepang, dan juga menjadi salah satu ala-
san mengapa orang Jepang suka bekerja
keras.
Di dalam kelompok, jika terjadi suatu
kondisi yang buruk, maka kesatuan yang
ada di dalamnya akan mereka membuat
mereka semakin kuat. Misalnya, saat
DEWI SOETANTI