Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.7, No. 1
30
H a l a m a n
Sebagai contoh jenis penggunaan
lahan sawah, pada peta biner nilai sawah
adalah 1 (satu) dan jenis penggunaan
lahan selain sawah bernilai 0 (nol) dengan
nama file cov1-6.0.
Data untuk variabel independen
dibuat peta tematik, kemudian dikonversi
ke bentuk raster. Peta yang mengandung
nilai atau unit (satuan) kemudian
dikonversi ke dalam bentuk teks.
Sedangkan data jenis tanah dan geologi
dibuat peta biner sebagaimana halnya
pada peta penggunaan lahan. Variabel
independen dalam bentuk teks kemudian
diberi nama, sebagai contoh kepadatan
penduduk dengan nama sc1gr0.fil (Tabel
1). Seluruh peta raster dari variabel
dependen dan independen harus sama
skala dan ukuran sel gridnya. Ukuran sel
grid yang digunakan dalam pemodelan ini
adalah 250 meter x 250 meter atau
62500 meter persegi atau 6,25 hektar.
Variabel
dependen
dan
variabel
independen dipadankan untuk dilihat
hubungannya
dengan
menggunakan
regresi logistik. Hasil regresi logistik ini
merupakan input untuk pemodelan
spasial (Verburg 2002).
Pada Tabel 2 penggunaan lahan
eksisting didominasi oleh pertanian lahan
kering yaitu sekitar 56 persen yang
tersebar merata keseluruh Kabupaten
Bandung. Proporsi hutan adalah 21
persen yang menyebar di wilayah barat
dan selatan serta sebagian kecil di bagian
utara. Kawasan terbangun berada di
wilayah tengah yang merupakan lokasi
Kota Bandung dan Kota Cimahi dengan
persentase 13 persen. Penggunaan lahan
sawah (5%) berada berdekatan dengan
wilayah kawasan terbangun. Penggunaan
lahan yang memiliki persentase kecil
adalah air, perkebunan dan lainnya
dengan persentase masing-masing dua
persen.
Penggunaan lahan di Kabupaten
Bandung bila dikaitkan dengan kepadatan
penduduk tampak mempunyai hubungan
yang erat. Wilayah terbangun memiliki
kepadatan tertinggi dengan 61 sampai
133 jiwa per hektar yang merupakan
wilayah dari Kota Bandung dan Kota
Cimahi. Kedua kota ini tidak bisa
terpisahkan dengan Kabupaten Bandung
dalam pemodelan perubahan penggunaan
lahan, karena merupakan wilayah yang
mempengaruhi perubahan penggunaan
lahan.
Gambar 3 menunjukkan grafik
perkembangan jumlah penduduk tahun
1983-2003 di mana Kabupaten Bandung
termasuk Kota Bandung dan Cimahi.
Tampak bahwa pada tahun 1983 jumlah
penduduk sekitar 4 juta jiwa dan pada
tahun 2003 mencapai hampir tujuh juta
jiwa. Kenaikan jumlah penduduk yang
cukup signifikan ada pada periode tahun
2000. Hal ini disebabkan karena adanya
krisis moneter yang melanda Indonesia
pada tahun 1998, yang berdampak pada
tingginya urbanisasi menuju wilayah
Bandung ini.
Pemodelan
spasial
untuk
perubahan penggunaan lahan di wilayah
Kabupaten Bandung ini menggunakan
dua skenario. Skenario untuk pemodelan
adalah berdasarkan laju perubahan
penggunaan lahan. Skenario pertama
menggunakan
laju
perubahan
penggunaan
lahan
untuk
setiap
penggunaan lahan adalah sama dengan
laju perubahan penggunaan lahan
selama
tahun 1983 - 2003.
Skenario kedua
Lia Warlina
Tabel 2.
Komposisi persentase penggunaan lahan
di Kabupaten Bandung
Penggunaan Lahan
Luas (ha)
Persen
Air
6675,00
2
Hutan
67331,25
21
Lainnya
4968,75
2
Kawasan Terbangun
41100,00
13
Perkebunan
7875,00
2
Pertanian Lahan
Kering
182118,75
56
Sawah
15775,00
5
Total
325843,75
100