Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page 10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15Page 16
Page 12 of 16Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.7, No. 1
72
H a l a m a n
menciptakan perilaku pegawai yang
kondusif. Sebab, hasil kinerja mereka
perlu diketahui apakah bermutu atau
tidak. Pegawai yang sungguh-sungguh
bekerja
akan
menginginkan
hasil
pekerjaannya perlu diukur, pengukuran ini
akan menciptakan perilaku pegawai yang
kondusif.
Hasil
penelitian
menunjukkan,
dimensi pengukuran prestasi kerja
memiliki
keeratan
hubungan
yang
signifikan dalam proses pengawasan,
dengan skor rata-rata 387.0 dengan
kategori cukup. Artinya, pengukuran
prestasi kerja cukup penting terhadap
pengawasan.
Sedangkan
pengaruh
dimensi
pengukuran
prestasi
kerja
terhadap perilaku karayawan sebesar
0.217. Jika diamati pendapat responden
terdapat 61.7% mengatakan cukup baik
bila pengukuran prestasi kerja dilakukan.
Artinya, pengukuran kerja itu sangat perlu
dilakukan agar terbentuk perilaku pegawai
yang kondusif, terutama pegawai yang
bekerja sungguh-sungguh melaksanakan
tugasnya dalam pelayanan perijinan.
Kesesuaian pengukuran kinerja 53.3%
responden
mengatakan
sesuai,
kompetensi yang melakukan pengukuran
kinerja 55.8% responden mengatakan
cukup kompeten. Meskipun pengukuran
kinerja telah sesuai dan yang melakukan
pengukuran cukup kompeten namun
masih ditemukan perilaku pegawai yang
menyimpang dari norma dalam pelayanan
perijinan SIUP pada Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kota Medan. Hal itu
disebabkan teknik pengawasan baik
pengawasan langsung dan pengawasan
tidak langsung yang dilakukan pada Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota
Medan belum optimal.
Karena itu, jika pimpinan selalu
memeriksa segala sesuatu dengan
langsung, seperti inspeksi langsung,
melalui pengamatan langsung dan laporan
secara langsung, apakah mereka sedang
melaksanakan tugas sesuai dengan
uraian tugas ini diyakini akan baik
selagi dia mampu melakukannya secar
rutin dan terjadwal (teradministrasi).
Atmosudirjo
(1982
:
228-229)
mengatakan bahwa “metode observasi
langsung yaitu paling meyakinkan dan
paling banyak digunakan. Bentuknya
seperti inspeksi langsung dengan melihat
apa yang sedang dikerjakan pegawai”.
Penetapan standar akan sia-sia bila tidak
disertai berbagai cara untuk mengukur
pelaksanaan kegiatan.
3. Dimensi
menetapkan
apakah
prestasi kerja sesuai dengan standar
Melakukan perbandingan antara
standar dengan prestasi kerja akan lebih
mudah mengetahui penyimpangan yang
terjadi. Bila perbandingan tidak dilakukan
antara hasil yang diharapkan dengan
kenyataan yang dihadapi maka fungsi
manajemen tidak berfungsi. Dari hasil
perbandingan yang dilakukan bisa saja
kinerja lebih tinggi, atau lebih rendah atau
sama dengan standar. Dari perbandingan
ini pegawai akan melihat secara langsung
apakah pekerjaannya melampaui standar
yang ditetapkan, jika ini tercapai perilaku
pegawai akan semakin kondusif, karena
dia bangga kinerja yang dicapai berhasil
dengan baik.
Sebagaimana diketahu pengawasan
das
sein
dengan
das
sollen
yaitu
membandingkan rencana hasil kerja yang
dicapai dengan hasil yang senyatanya.
Proses pembandingan meliputi target hasil
kerja
yang
direncanakan
dengan
realisasinya, standar kualitas pelayanan
perijinan SIUP dengan realisasinya,
standar waktu penyelesaian penerbitan
SIUP dengan realisasinya.
Hasil penelitian menunjukkan,
dimensi menetapkan apakah prestasi
kerja sesuai dengan standar memiliki
keeratan hubungan yang signifikan
dengan proses pengawasan diperoleh
skor rata-rata sebesar 385.3.
Monang Sitorus