Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page 10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15Page 16
Page 6 of 16Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.7, No. 1
66
H a l a m a n
Perdagangan dan Perindustrian
agar
pengawasan
itu
dapat
berfungsi dengan baik.
Konsep Teori Perilaku
Sesungguhnya, perilaku pegawai
yang kondusif berkaitan erat dengan etika,
perbuatan, akhlak, apakah dapat
membedakan yang benar dengan tidak
benar. Sebagaimana ditegaskan Saefullah
(2007:151) mengatakan bahwa “perilaku
manusia berhubungan erat dengan etika,
dan ajaran tentang tingkah laku manusia
untuk bisa membedakan mana yang
benar dan mana yang salah. Artinya, yang
baik adalah yang boleh dilakukan dan
salah adalah harus dihindarkan atau tidak
dilakukan.
Jika
mengkaji
pendapat
perilaku manusia berkaitan dengan
perbuatan, budi pekerti, akhlak, dapat
membedakan, nilai positif dan negatif,
yang baik dan benar, tidak melakukan
perbuatan yang tidak dibenarkan dan
itulah yang membuat seseorang bernilai.
Untuk mempermudah pemahaman
tentang perilaku individu ada beberapa
model-model perilaku yang dirancang para
ahli. Model-model perilaku ini merupakan
cara memahami realita tentang perilaku,
atau tujuan memahami model menurut
(Winardi, 2005:148) “adalah untuk
memahami kenyataan atau realita dengan
jalan
mengorganisasi
dan
menyerderhanakannya”. Model-model
perilaku tidak hanya satu, dus ada
berbagai macam sesuai dengan kerangka
berpikir pembuatnya. Model dimaksud
adalah (1). Model perilaku rancangan
Mar’at (1981); (2). Model perilaku
rancangan Andreas A. Danandjaja (1986);
(3). Model perilaku rancangan oleh
McShane. at.al. (2005).
Dari ketiga model tersebut, model perilaku
grand
theory
penelitian ini adalah model perilaku yang
diciptakan Mar’at (1981). Pertimbangan
menggunakan teori ini sebagai pisau
Pertama,
diciptakan Mar’at (1981) mengandung
sistem nilai (etika) dimana nilai
menunjukkan konsistensi tingkah laku
individu, konsistensi itu berpangkal dari
dorongan, motivasi, sikap sehingga
memuncak pada “sistem nilai”. Sebab,
masuknya unsur sistem nilai sangat
penting untuk memahami perilaku
individu, sebagaimana diungkapkan para
pakar seperti Winardi (2006:66); Rosadi
(1997:40); Nazsir (1997:72); Adiwisastra
(1996:52); Rusli (2000:98). Karena itu,
memahami kerangka perilaku manusia
filosofinya harus memasukkan unsur nilai
sebagai pilarnya, atau tanpa memahami
(values)
perilaku individu adalah keliru (kurang
tepat)
Hal
ini
diperkuat
Siagian
(1995:110)
mengatakan
bahwa
“pemahaman sistem nilai sesungguhnya
meletakkan dasar yang kuat untuk
mengerti sikap, motivasi dan perilaku
bawahan”.
Kedua,
sesuai
dengan
fenomena yang ditemukan di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota
Medan, yaitu adanya “sikap” petugas
memperlambat pelayanan SIUP, sebab
dikalangan pegawai masih muncul istilah
“kalau
bisa
diperlambat
mengapa
dipercepat”, tentu saja sikap pegawai
tersebut akan mengakibatkan pelayanan
SIUP belum optimal. Lebih jelasnya
bagaimana
terbentuknya
perilaku
manusia dapat dilihat pada bagan pada
Gambar 1.
Jika
mengkaji
model
pembentukan perilaku pada Gambar 1
diatas, dorongan dari dalam diri pegawai
merupakan pijakan utama, kemudian
muncul motivasi, dan motivasi melahirkan
sikap seseorang, dan sikap seseorang
memuncak pada nilai yang dianuti
seseorang.
Keempat
dimensi
itu
mempunyai hubungan satu sama lain.
Lebih jelasnya ke empat dimensi perilaku
tersebut akan diuraikan lebih lanjut yaitu:
Monang Sitorus