Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page 10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15Page 16Page 17Page 18Page 19Page 20Page 21Page 22
Page 13 of 22Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.8, No. 2
193
H a l a m a n
(Fy.Ag) sebesar 720 kN dan keruntuhan
tarik akibat fraktur pada penampang efektif
(Fu.Ae) sebesar 879,1 kN bukanlah penentu
keruntuhan tarik pada pelat. Menurut AISC,
keruntuhan pelat lebih mungkin ditentukan
oleh keruntuhan geser blok di sekitar
kelompok lubang baut dan peningkatan
kekuatan ultimit terjadi sesuai dengan
variasi jarak w yang semakin membesar
pula. Pada Tabel 3 dan 5 menunjukan hasil
perhitungan
metode
desain
dengan
memperhitungkan faktor reduksi. Hasil
perbandingan FEA dengan metode desain
AISC dapat dilihat pada Tabel 7.
Karena asumsi mekanisme keruntuhan
FEA dan desain AISC-LRFD berbeda, maka
perbedaan prediksi kekuatan ultimit hasil
FEA dengan metode desain AISC dari Tabel
7 terlihat bahwa peningkatan kekuatan
ultimit akibat variasi jarak baris baut
menurut AISC-LRFD2005 dengan faktor
reduksi adalah cukup mendekati hasil FEA,
karena memiliki persentasi perbedaan yang
sedikit.
DISTRIBUSI TEGANGAN PADA PENAMPANG
BIDANG TARIK
Apabila ditinjau suatu garis pada bidang
tarik yang menghubungkan 2 buah tepi
lubang baut yaitu w, maka distribusi
tegangan untuk setiap model FEA dapat
dilihat pada Gambar 17 sampai dengan 26.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa
distribusi tegangan tarik ZZ (arah Z) yang
terjadi di sepanjang penampang bidang
tarik adalah tidak seragam ketika tegangan
masih dalam kondisi elastis. Sesuai dengan
pengujian-pengujian konsentrasi tegangan
pada lubang pelat yang mengalami
tegangan tarik (Boresi, 1993), biasanya
tegangan tarik yang berada di dekat tepi
lubang baut cenderung lebih besar
dibandingkan yang berada jauh dari tepi
lubang
baut.
Besar
tegangan
tarik
maksimum di sekitar lubang dalam kondisi
elastis adalah 1.1 – 1.3 kali tegangan leleh.
Tegangan tarik ZZ mendekati seragam
(mendekati tegangan tarik ZZ rata-rata)
ketika tegangan yang terjadi adalah dalam
kondisi plastis, dimana nilai tegangan tarik
di titik - titik sepanjang bidang tarik yang
saat kondisi elastis masih rendah, mulai
menunjukkan peningkatan nilai tegangan
hingga mendekati nilai tegangan tarik di
sekitar lubang pelat. Besar tegangan tarik
rata-rata saat kondisi plastis adalah 1.1 –
1.2 kali tegangan leleh.
Pada kondisi plastis, perbedaan antara
tegangan tarik ZZ dengan tegangan tarik ZZ
rata-rata sepanjang penampang bidang tarik
dalam Gambar 17 sampai dengan 26
adalah berkisar antara 1% hingga 5%. Se-
hingga dalam kondisi plastis distribusi
tegangan tarik z di sepanjang penampang
bidang tarik dapat dikatakan seragam.
Y. Djoko Setiyarto
No.
w
Agt
Ant
Agv
Anv
(mm)
(mm
2
)
(mm
2
)
(mm
2
)
(mm
2
)
1
30
300
120
3000
2280
2
40
400
220
3000
2280
3
50
500
320
3000
2280
4
60
600
420
3000
2280
5
70
700
520
3000
2280
Tabel 2
Perhitungan Luas Bidang Geser dan Bidang
Gambar 16
Hubungan Gaya vs Peralihan untuk Setiap
Variasi Jarak Baris Baut