Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page 10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15
Page 2 of 15Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.9, No. 1
108
H a l a m a n
Keterangan :
µ = koefisien gesek
Du = 1.13, merupakan suatu pengali yang mencer-
proof load
proof load
minimum yang telah ditentukan.
h
sc
= faktor lubang
Ns = jumlah bidang geser
proof load
tabel J3.1 atau J3.1M.
f
= faktor reduksi
Dengan persamaan yang sama namun
berbeda notasi, SNI 03-1729-2002 juga
memberikan kuat rencana tahanan friksi
(Vd) dari setiap baut dengan persamaan:
Keterangan:
m = koefisien gesek
m = jumlah bidang geser
Tb = gaya tarik minimum (proof load)
f = faktor reduksi
Berbeda halnya dengan sambungan
tipe tumpu, bahwa kekuatan sambungan
tipe tumpu lebih banyak ditentukan dari
kekuatan geser batang baut dan kekuatan
tumpu lubang baut dari pelat yang tersam-
bung. Kemudian dari kontribusi kedua
jenis kekuatan tersebut dipilih kekuatan
mana yang paling menentukan (terkecil).
Jika meninjau lagi persamaan 1 dan 2,
dapat diperkirakan bahwa sambungan
tipe geser-kritis lebih mengutamakan ke-
kuatan tiap baut dalam menghasilkan
tahanan friksi dengan asumsi bahwa
bidang kontak pada pelat tersambung
memiliki kekuatan yang jauh lebih besar
daripada baut, terutama setelah baut
proof load
tan pelat yang dapat mencegah terjadinya
proof load
tidak dijumpai dalam AISC-LRFD 2005
maupun SNI 1729. Meskipun demikian,
dalam kalimat akhir dari AISC-LRFD 2005
Bearing
strength shall be checked for both bearing
-type and slip-critical connections
yebutkan secara tersirat bahwa per-
samaan kekuatan tumpu pelat dari sam-
bungan tipe tumpu digunakan untuk
mengecek kekuatan tumpu pelat dalam
sambungan
geser-
kritis.
Dengan
demikian, desain AISC-LRFD 2005 menga-
sumsikan akan terjadi kontak antara
batang baut dengan tepi lubang baut
(mekanisme kerja sambungan tipe tumpu)
ketika tahanan friksi dari sambungan ge-
ser-kritis tidak mampu lagi menahan be-
ban eksternal yang berlebihan. Sehingga
setelah terjadi kontak antara batang baut
dan tepi lubang baut maka dalam sam-
bungan geser-kritis yang tahanan friksinya
gagal akan berlaku persamaan kuat
tumpu pelat sebagai berikut;
Keterangan:
Lc = jarak bersih antara tepi lubang dengan tepi
lubang baut sebelahnya atau dengan tepi material
pelat
t = tebal pelat tersambung
Fu = kekuatan tarik
d = diameter baut
Dengan melihat mekanisme keruntu-
han dari kekuatan tumpu lubang baut
pada pelat, dimana terjadi kontak antara
batang baut dan tepi lubang pelat, maka
untuk sambungan tipe geser-kritis adalah
tidak sesuai. Terutama jika tahanan friksi
lebih besar (kuat) dibandingkan beban
eksternal yang bekerja. Karena geseran
dalam sambungan geser-kritis tidak
diperkenankan, maka kontak antara
batang baut dengan tepi lubang baut tidak
mungkin terjadi. Bahkan adanya selisih
toleransi antara diameter baut dengan
lubang baut yang besarnya sekitar 2 mm
juga memperkecil kemungkinan terjadi
kontak langsung antara batang baut den-
Y. Djoko Setiyarto
Rn = µ*D
u
*h
sc
*T
b
*N
s
Vd = 1,13 . . . m . Tb
Rn = 1.2*Lc*t*Fu ≤ 2.4*d*t*Fu