Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.9, No. 1
36
H a l a m a n
Bagaimanapun negara-negara Asia
Tenggara menggantungkan pertumbuhan
ekonomi salah satunya pada investasi
asing. Sehingga kesejahteraan ekonomi,
sosial, peningkatan pendidikan serta
program pengurangan kemiskinan, juga
tergantung pada investasi asing. Krisis
finansial yang dialami pada dekade
sebelumnya
menyebabkan
stimulasi
perpindahan dalam produksi dari tekstil,
industri makanan, manjadi obat-obatan,
mesin-mesin
perlengkapan,
dan
elektronik. Pada tahun 1999 ke 2000
terjadi penurunan yang cukup kentara,
dimana krisis finansial dan situasi
keamanan yang tidak kondusif di Asia
Tenggara menyebabkan investor AS
beralih ke Cina.
Adanya
proyek
perencanaan
pembangunan jaringan pipa untuk saluran
gas alam yang akan melintasi negara-
negara
Asia
Tenggara
menambah
pentingnya kawasan ini untuk investasi
AS. Meskipun APEC belum memberikan
respon terhadap proposal AS untuk
jaringan pipa tersebut, saluran-saluran
baru telah direncanakan untuk dibangun
diantara negara-negara ASEAN. Contohnya
pipa saluran air Indonesia dari pulau
Natuna ke Sumatera, pipa saluran
Singapura dan Malaysia, dan pipa yang
menghubungkan Myanmar dan Thailand.
Kebutuhan gas yang terus meningkat
memberikan
kecenderungan
perkembangan pipa saluran ini akan terus
berkembang, bahkan mungkin sampai ke
kawasan Cina Selatan.
SEA-LANES
Posisi Asia Tenggara terbentang di
persimpangan dua jalur laut terbesar di
dunia. Yang pertama adalah jalur Timur-
Barat, yaitu jalur yang menghubungkan
Samudera Hindia dengan Samudera Pasi-
fik. Kedua adalah jalur Utara-Selatan, yang
menghubungkan kawasan Asia Timur den-
gan Australia dan Slandia Baru serta pulau
disekitarnya (Sokolsky dan Rabasa, 2000).
Tiga “pintu masuk” kawasan Asia
Tenggara: Selat Malaka, Selat Sunda dan
Selat Lombok merupakan titik penting
dalam sistem perdagangan dunia. Menja-
di sama pentingnya karena perselisihan
politis dan ekonomis mengenai jalur laut
yang melintasi kepulauan Spartly di Laut
Cina Selatan. Selat Malaka sendiri meru-
pakan selat yang menghubungkan samu-
dera Hindia dengan Samudera Pasifik,
sekaligus sebagai jalur terpendek yang
terletak diantara India, Cina dan Indone-
sia, Oleh karenanya selat ini dianggap se-
chokepoints
besar ada dua kepentingan AS di Asia
Tenggara berkaitan dengan letaknya yang
strategis:
1) Asia Tenggara membuka garis laut, ka-
rena sebagian besar perdagangan du-
nia melewati selat Malaka.
2) Asia Tenggara penting sebagai pos un-
tuk pergerakan kehadiran militer AS di
Pasifik Barat dan Samudera Hindia.
Asia Tenggara secara geopolitik
sangat krusial tidak hanya untuk kepentin-
gan nasional AS, tetapi juga secara global.
Jalur laut yang melintasi kawasan Asia
Tenggara mempunyai fungsi yang vital
bagi ekonomi Jepang dan Republik Korea,
Cina dan termasuk juga AS sendiri.
Selat Malaka, yang melintasi Singa-
pura, Indonesia dan Malaysia merupakan
salah satu jalur laut tersibuk di dunia. Le-
bih dari 50.000 kapal per tahunnya transit
hanya 1,5 mil dengan kedalaman 19,8
meter (Kenny, 1996). Atase komunikasi
Indonesia Yuri Gunadi memperkirakan
setiap hari sekitar 10000 kapal masuk ke
Singapura yang melintasi selat Malaka,
diantaranya 4000 kapal dagang dari Indo-
Kompas
Kapal-kapal yang melintasi selat
Malaka ini merupakan 1/3 bagian dari
perdagangan dunia. Berdasarkan catatan
Energy Information Administration
Dewi Triwahyuni