Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.9, No. 1
38
H a l a m a n
mayoritas-muslim. Sedangkan Singapura,
Phlipipina, dan Thailand mempunyai mi-
noritas Muslim namun signifikan.. JI), Abus
Sayyaf dan Kumpulan Mujahidin Malaysia
(KKM)) yang disinyalir terlibat dengan ka-
sus WTC (Gershman, 2002).
Terlepas apakah benar atau tidak
mengenai keterlibatan kelompok-
kelompok “Islam radikal” tersebut dengan
kasus 11 September, yang jelas telah
mengubah hubungan AS dengan negara-
negara Asia Tenggara. Intensitas keterli-
batan AS di Asia Tenggara merefleksikan
apa yang selama ini terdengar dengan
keras dari berbagai laporan-laporan pers
dan berbagai kebijakan mengenai kekua-
tan dan bentuk ancaman terorisme dis-
ana.
AS selama ini memiliki kecenderun-
gan melihat Asia Tenggara melalui lensa
Afghanistan yang akan mendorong pem-
buat keputusan AS pada kesimpulan dan
kebijakan yang salah. Karena dengan
analogi demikian AS akan memberikan
pendekatan yang sangat militeristik.
Sementara itu, gerakan politik Islam, baik
violent
nonviolent
meningkat dan tumbuh dengan subur di
Indonesia sejak President Soeharto jatuh
pada 1998. Sejak pertengahan 1990,
sejumlah serangan terorisme telah
direncanakan di kawasan Asia Tenggara,
termasuk penyerangan terhadap kepala-
pope
dan pesawat-pesawat komersial. Rencana-
rancana tersebut secara tidak sengaja
gagal . semua faktor diatas, digabungkan
dengan penangkapan beberapa orang-
orang dari jaringan Al-Qaeda yang
beroperasi di Asia Tenggara, terlihat
sebagai faktor pendorong yang cukup kuat
untuk melaksanakan perang terorisme di
wilayah ini.
Oleh karena itu, mengapa AS
menyusun secara khusus Asia Tenggara
second front”
memerangi terorisme. Meskipun hal
t e r s e b u t
p a d a
k e n y a t a a n n y a
menghadirkan 4 masalah yang berbeda,
yaitu:
1) Upaya AS menjadikan Asia
Tenggara sebagai urutan kedua
dalam hal ini, terlihat tidak
menyadari bahwa ada bentuk yang
berbeda dalam politik Islam di
kawasan ini,
2) AS melupakan bahwa kemunculan
k e l o m p ok -k e l o m p ok
t e r o r i s
weak states
minimnya kerjasama internasional
diantara negara-negara kawasan
tersebut, dan sejumlah masalalah-
mas alah
s os ia l,
ek onom i,
ketidakseimbangan pembangunan,
serta institusi demokrasi yang
rapuh.
3) Pendekatan AS ini juga terlalu
bergantung pada kerjasama militer
yang tidak memperhitungkan dan
sejalan dengan pelanggaran
kekebebasan Hak Asasi Manusia
(HAM), khususnya di Filipina dan
Indonesia.
4) Kampanye As ini juga merupakan
sebuah legitimasi atas perpecahan
yang lebih besar pada perbedaan
para pemimpinan kawasan ini
dalam memecahkan persoalan
oposisinya masing-masing.
Selain kelompok-kelompok Islam
keras, Asia Tenggara juga dikenal sebagai
“rumah” bagi kelompok-kelompok atau
group militan lainnya yang menjadikan
Islam sebagai elemen penting untuk
identitasnya. Seperti yang terdapat di
Moro National
Liberation Front (MNLF)Moro Islamic
Liberation Front
Dewi Triwahyuni