Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.9, No. 1
39
H a l a m a n
Free Aceh Movement
Merdeka) di Indonesia.
Tujuan dari kelompok-kelompok ini
di satu sisi ada persamaan yaitu dalam
menetang pemerintah, dan ada yang
meminta otonomi khusus, atau bahkan
ingin memisahkan diri dari negara dan
membentuk negara lain atau negara
Islam. Tetapi ada juga group atau
kelompok-kelompok yang memiliki tujuan
lain namun cukup mendapatkan perhatian
dari AS, yaitu kelompok-kelompok yang
kerap melakukan aksi atau demonstrasi
anti-Amerika. Di Indonesia ada yang
Islamic Defenders Front
Pembela Islam/FPI), yang berdiri sejak
1998 dan selalu aktif dalam menyuarakan
anti-Amerika. Dan gerakan-gerakan ini
semakin meningkat di negara-negara Asia
Tenggara pasca peledakan WTC dan
pasca penyerangan AS ke Afghanistan.
Namun demikian para kelompok
tersebut sangat mampu memanfaatkan
kelemahan-kelemahan pemerintah lokal,
semakin tipisnya batas negara
borderless
minimnya kerjasama internasional di
kawasan ini. Semua faktor diatas
mempermudah perpindahan baik orang
maupun uang untuk bergerak dari satu
tempat ke tempat yang lain di dunia ini
dengan sangat mudah.
Asia Tenggara juga dikenal sangat
longgar dalam pengamanan keamanan
terutama keimigrasian. Malaysia misalnya,
tidak membutuhkan penggunaan visa bagi
penduduk dari negara muslim lainnya.
Sedangkan Filipina sangat dikenal dengan
kelalaiannya dalam melakukan kontrol
keimigrasiannya. Sedangkan Indonesia
dan Thailand merupakan negara dengan
jumlah orang asing yang keluar masuk
dengan mudah.
Persoalan lain yang menjadikan
Asia Tenggara sangat rawan bagi
perkembangan terorisme dalam perspektif
law
enforcementthe
international Action task Force on Money
Laundering
dan Filipina merupakan negara di
kawasan Asia Tenggara yang dianggap
tidak kooperatif dalam memerangi
Money Laundering.
Diketahui bahwa Thailand baru
membuat kebijakan anti
money
Laundreing
Filipina baru saja mulai pada 2001. Akan
tetapi Indonesia tercatat belum sama
sekali mengambil tindakan bagi kejahatan
tersebut, bahkan Indonesia belu memilki
legalitas hukum yang pasti untuk
menangani kasus tersebut meskipun
Indonesia selama ini dibantu oleh Asian
Development Bank (ADB).
money
launderingillegal transfer
kejahatan lain yang jumlahnya juga
sampai pada tingkat yang rawan adalah
acts of piracy
pembajakan di Asia Tenggara meningkat
tajam setelah Perang Dingin berakhir.
Meskipun angka kasus pembajakan di
Asia Tenggara mengalami penurunan
pada 2001, tetapi jumlah kasusnya tetap
lebih tinggi dibandingkan tahun 1999.
Lebih dari 335 serangan pembajakan
terjadi sepanjang 2001 di Asia, dan data
International Maritime Bureau
menunjukkan bahwa 91 dari kasus
pembajakan tersebut terjadi di laut atau
peraiaran Indonesia.
Dari seluruh persoalan yang
bermunculan baik sebelum serangan 11
September terjadi, maupun setelahnya,
bagaimanapun telah menarik perhatian AS
terhadap kawasan Asia tenggara. Secara
dampak serangan 11 September bagi
negara-negara Asia Tenggara adalah
adanya perubahan perhatian dari
persoalan transisi demokrasi kepada isu-
isu stabilitas politik yang menjadi