Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.9, No. 1
41
H a l a m a n
AS termasuk meningkatkan potensi konflik
bersenjata. Masa depan keamanan
kawasan Asia Tenggara akan terbentuk
oleh beberapa faktor politik dan ekonomi
yang saling mempengaruhi.
Fakor-faktor utamanya antara lain:
evolusi
ekonomi
Asia
Tenggara,
pembangunan ekonomi dan politik Cina
dan interaksinya dengan Asia Tenggara,
perlawanan
dan
mempertahankan
keutuhan negara, masalah integrasi
regional dan kerjasama, aktor-aktor
eksternal, terutama AS, Jepang, dan
Australia untuk mempengaruhi kawasan.
Tantangan lebih besar yang datang dari
Cina adalah munculnya Cina sebagai aktor
politik-militer.
Cina
terus
memoderenisasi
militernya dan merubah fokusnya ke
kawasan Selatan, dimana secara khusus
Cina sangat meningkatkan kekuatan
Angkatan Lautnya, yang pada akhirnya
dalam rangka fokus di Laut Cina Selatan:
wilayah yang di klaim Cina sebagai
teritorinya.
Bagi AS diplomasi ekonomi-politik
Cina telah meningkat menjadi sangat tidak
terlihat dan cerdik. Disaat Cina
mempertahankan klaimnya atas pulau
Spartly dan paracel yang melingkar di Laut
Cina Selatan, dan menolak panggilan
untuk pembicaraan multilateral mengenai
konflik Spartly, Cina justru melakukan
negosiasi satu per satu ke masing-masing
negara yang terlibat konflik tersebut.
Adanya persaingan eksistensi antara
AS dan Cina di kawasan ini, secara tidak
langsung
membawa
Asia
Tenggara
kedalam politik strategi AS dalam
menghadapi Cina. Ada dua ancaman
militer Cina terhadap Asia Tenggara yang
secara tidak langsung memberikan
keuntungan bagi AS dalam strateginya
terhadap Cina. Dua ancaman militer
konvensional dari Cina membutuhkan
respon AS tersebut adalah.
Pertama, hegemoni Cina yang
agresif di Asia Tenggara mengancam
kebebasan pelayaran di Laut Cina Selatan,
sehingga membuat AS, Jepang, bahkan
negara-negara Asia Tenggara masuk
dalam politik Cina tersebut. Dengan
demikian AS dapat memanfaatkan kondisi
tersebut dengan akan mencari dukungan
dari negara-negara ASEAN untuk menjada
keamanan
jalur
laut
atau
justru
sebaliknya, ada kemungkinan negara-
negara ASEAN sendiri yang akan meminta
bantuan Angkatan Laut AS. Jika demikian
maka AS dapat membawa serta Angkatan
Udaranya dengan dalih untuk mrlindungi
pasukan AL-nya, serta mengamankan
fasilitas teritori ASEAN dari serangan
militer Cina.
Situasi kedua adalah adalah Cina
dapat saja mencoba membangun dan
mempertahankan kontrol fisik atas hampir
keseluruhan kepulauan Spartly, yang
diklaim
sebagai
wilayahnya.
Ketidakpastian di perairan Laut Cina
Selatan ini tentu saja menciptakan
ketegangan keamanan. Dalam kondisi
tertekan seperti ini akan mendorong
negara-negara ASEAN untuk mencari
dukungan dari kekuatan yang dapat
mengimbangi Cina. Sehingga sangat
mungkin bagi ASEAN untuk meminta
kehadiran militer AS yang lebih tampak
dan substansial.
Pada
akhirnya,
kepentingan-
kepentingan AS di Asia Tenggara akan
terus meningkat. Mulai dari kepentingan
ekonomi: Asia Tenggara sebagai patner
ekspor dan impor, pasar produk dan
industri jasa, dan investasi. AS juga tidak
punya pilihan lain bahwa jalur Asia
Tenggara akan menjadi prioritas utama
untuk kelancaran perekonomiannya dan
juga merupakan kawasan kunci dalam
pergerakan militer AS.
Secara politis Asia Tenggara akan
memberikan pengaruh yang besar dalam
negara-negara kawasan ini terhadap