Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.9, No. 1
64
H a l a m a n
secara damai atau dengan kekerasan,
legal atau illegal, dan efektif atau tidak
efektif.
6
Sebagai kegiatan, partisipasi juga
dapat dibedakan bila dilihat aktif tidaknya
individu dalam kegiatan tersebut. Partisi-
pasi aktif berarti kegiatan yang berorien-
inputoutput
sedangkan partisipasi pasif merupakan
kegiatan yang berorientasi pada proses
output
7
Yang termasuk partisipasi aktif
seperti mengajukan usul mengenai suatu
kebijakan, mengajukan alternatif kebija-
kan, kritik, membayar pajak dan memilih
pemimpin pemerintahan. Sedangkan
dalam kategori pasif seperti kegiatan yang
menaati pemerintah, menerima dan me-
laksanakan secara penuh setiap kepu-
tusan dan sebagainya.
Pada bagian lain Lester Milbrath dan M.L.
Goel
8
(1977), memberikan kategorisasi
berdasarkan keterlibatan warga negara
dalam kegiatan politik, sebagaimana juga
yang disampaikan oleh Herbert McLosky.
Milbrath dan Goel membedakan partisi-
pasi menjadi,
pertama
berpartisipasi dan menarik diri dari proses
politik.
Kedua
dak-tidaknya pernah ikut memilih dalam
pemilu.
Ketiga
secara aktif terlibat dalam proses politik
yaitu sebagai komunikator, aktifis partai,
dan sebagainya.
Keempat
partisipasi non konvensional.
Apatisme politik individu seperti
ini oleh McLosky
9
apathy,
bahwa ada yang tidak ikut pemilihan
karena sikap acuh tak acuh dan tidak ter-
tarik oleh, atau kurang paham mengenai
masalah politik. Juga karena ketidakyaki-
nan bahwa usaha untuk mempengaruhi
kebijakan pemerintah akan berhasil dan
ada juga yang sengaja tak memanfaatkan
kesempatan memilih karena kebetulan
berada dalam lingkungan (minoritas) di-
mana ketidak-ikutsertaan adalah hal yang
terpuji.
Partisipasi Mobilisasi Versus Partisipasi
Otonom
Huntington dan Nelson dalam perspektif
pembangunan politik melihat terjadi pe-
nolakan yang diametral antara partisipasi
mobilize.
Meskipun oleh Huntington dan Nelson
penolakan yang diametral ini mereka tem-
patkan pada lokus yang sama, yaitu par-
tisipasi politik. Mereka berargumen bahwa
kedua kategori ini masih bisa dimasukkan
dalam pola-pola partisipasi politik dengan
pertama,
tisipasi yang dimobilisasikan dan partisi-
pasi yang otonom adalah lebih tajam
dalam prinsip daripada di dalam realitas.
Hal ini terlihat ketika kita dapat mengiden-
tifikasikan banyak kegiatan sebagai se-
suatu yang nyata dimobilisasikan ataupun
otonom, tetapi banyak sekali kasus yang
terletak di perbatasan keduanya. Kasus
yang nyata dan dapat diteliti lebih lanjut
adalah mengenai pergerakan mahasiswa
yang akhir-akhir terjadi.
Di satu sisi terlihat bahwa gera-
kan mahasiswa tersebut adalah berdiri
sendiri, dengan kata lain atas muncul dari
idealisme mahasiswa sendiri, tetapi disisi
lain banyak juga gerakan mahasiswa yang
muncul atas tawaran dari berbagai pihak
yang ada di belakangnya. Oleh karena itu,
masih menurut Huntington dan Nelson,
partisipasi yang dimobilisasikan dan yang
otonom bukanlah merupakan katego-
risasi yang dikotomis untuk membedakan
secara tajam satu sama lain.
Kedua
politik merupakan dan mencakup suatu
campuran partisipasi yang dimobilisasi
Andrias Darmayadi, M.Si
————
6
op.cit
7
op. cit
8
Political
Participation
Publishing Co, 1977
9
Budiardjo, op.cit. hal. 4. karya asli Herberth
McLosky, ―Political Participation‖, International Ency-
clopedia of The Social Sciences, New York
:
The Mac-
millan Companay and The Free Press, 1972.