Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.9, No. 1
68
H a l a m a n
pemikirannya dalam menyelesaikan per-
masalahan sosial politik yang ada diseki-
tarnya, dengan cara ikut berbuat aktif den-
gan arah dan tujuan yang pasti, dengan
mengikuti berbagai kegiatan pada or-
ganisasi intra/ekstra universitas maka seo-
rang aktifis dapat mengembangkan aktivi-
tas politiknya.
Pandangan dan cara berfikir yang
dimiliki oleh seorang aktifis tentu berbeda
dengan seorang mahasiswa apatis dimana
ia hanya menjalani status kemaha-
siswaanya secara idealis dan melakukan
kegiatan bersenang-senang. Mahasiswa
seperti ini mempunyai pandangan bahwa
tugasnya sebagai mahasiswa adalah ku-
liah , belajar dan mengejar kesenangan
diri sendiri. Di satu pihak, mahasiswa apa-
tis melakukan kewajibannya sebagai seo-
rang mahasiswa yaitu hanya menekuni
disiplin ilmunya untuk mendapatkan gelar
sarjana. Di lain pihak mereka juga tidak
lupa mengejar kesenangan-kesenangan
pribadinya, misalnya jalan-jalan di mall,
shopping,
nonton,
makan,
ataupun
berkumpul dengan teman sekelompoknya
untuk berpesta atau ke klub kebugaran.
Mahasiswa seperti ini hanya memikirkan
kesenangan dan kepentingan dirinya.
Mereka tidak tertarik dengan masalah-
masalah sosial-politik yang berkembang
disekitarnya, begitupula terhadap aktivitas
politiknya.
Sebagai kaum intelektual, mahasiswa
berpeluang untuk berada pada posisi ter-
depan dalam proses perubahan masyara-
kat. Sejalan dengan posisi mahasiswa di
dalam peran masyarakat atau bangsa,
dikenal dua peran pokok yang selalu tampil
. Per-
tama
hadap penyimpangan yang terjadi di dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Kedua
masyarakat luas akan problema yang ada
dan menumbuhkan kesadaran itu untuk
menerima alternatif perubahan yang dike-
mukakan atau didukung oleh mahasiswa
itu sendiri, sehingga masyarakat berubah
ke arah kemajuan.
17
Menurut Arbi Sanit,
18
ada tiga
bidang usaha yang perlu dilakukan agar
dapat melahirkan mahasiswa yang kritis,
yaitu melengkapi kemampuan mahasiswa
,
mengembangkan kehidupan kampus, dan
menumbuhkan kehidupan politik serta
kemasyarakatan sebagai pendorongnya.
Pertama,
siswa dimaksudkan sebagai pendamping
keahlian dan ketrampilan yang mereka
dapatkan melalui proses di luar kurikulum
tersebut ialah kebolehannya dalam men-
ganalisa dan memahami masalah ke-
masyarakatan dan politik, yang berguna
bagi pembentukan sikap mereka terhadap
masalah-masalah tersebut.
Karena itu disamping ilmu-ilmu yang men-
dasari keahlian, mahasiswa diberi kesem-
patan pula untuk mengenali atau mengua-
sai ideologi, budaya politik, struktur sosial
dan permasalahan kepemimpinan bangsa.
Sarana yang mereka perlukan untuk men-
dapatkan kemampuan non kurikuler terse-
but ialah melalui diskusi, dan beror-
Kedua
memungkinkan mahasiswa mendapatkan
kemampuan dan wawasan yang lebih luas
tersebut adalah adanya kebebasan ilmiah
yang lebih utuh dikalangan sivitas
akademika sehingga kampus menjadi
pusat pemikiran yang melahirkan gagasan
alternatif bagi perbaikan dan pengemban-
gan masyarakat.
Ketiga,
kampus yang diperlukan untuk meningkat-
kan kemampuan non-profesional maha-
siswa serta lulusan perguruan tinggi ialah
ditumbuhkannya sikap politis yang mem-
percayai mahasiswa seperti adanya seba-
gai potensi pembangunan, tumbuhnya
aktivitas organisasi mahasiswa ekstra uni-
versitas, dan lain-lain. Melalui mekanisme
seperti itulah, mahasiswa bisa bangkit dan
memiliki kemampuan untuk menjadi mo-
Andrias Darmayadi, M.Si
————————————
17
Pergolakan Melawan Kekuasaan : Gera-
kan Mahasiswa antara Aksi Moral dan Politik,
karta : INSIST Press & Pustaka Pelajar, 1999, hal.10
18
Arbi Sanit, Op. Cit., hal.18