Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.9, No. 2
135
H a l a m a n
b. Mampu memahami kebutuhan-
kebutuhan pemangku kepentingan
Kebutuhan berasal dari banyak
sumber yang terkait dengan sistem
yang akan dibangun. Sangat penting
sekali bagi seorang perekayasa
kebutuhan untuk bisa memilah-milah
kebutuhan berdasarkan sumber-
sumber yang mengeluarkannya. Tidak
hanya itu, perekayasa kebutuhan juga
harus mempunyai banyak akses ke
s u m b e r - s u m b e r
y a n g
b i s a
mengeluarkan kebutuhan untuk
mendukung pengumpulan kebutuhan.
c. Mampu mendefinisikan sistem
Untuk dapat mendefinisikan sebuah
sistem dengan baik, perekayasa
k e b u t u h a n
h a r u s
m a m p u
menterjemahkan dan mengorganisir
pemahaman dari beberapa kebutuhan
pemangku kepentingan menjadi
sebuah deskripsi yang berguna untuk
pembangunan sistem. Perekayasa
kebutuhan juga diharapkan bisa
menulis definisi sistem dalam bentuk
b a h a s a
n a t u r a l
s e b e l u m
menuliskannya dalam bentuk yang
lebih formal.
d. Mampu memanajemen lingkup dari
sebuah sistem
Memanajemen lingkup dari sebuah
sistem di sini lebih kepada
penyesuaian lingkup sistem yang akan
dibangun terhadap ketersediaan
sumber daya yang ada.
e. Mampu mendefinisikan ulang sebuah
sistem
Mend efinisikan
ulang
sistem
mempunyai dua poin penting yang
develop
yang lebih detil dari definisi sistem
yang berlevel tinggi dan memverifikasi
sistemnya cocok dengan kebutuhan
p e m a n g k u
k e p e n t i n g a n
d a n
mempunyai behavior sesuai yang
diharapkan.
f. Mampu memanajemen perubahan
dari kebutuhan
Satu yang pasti dari perekayasaan
sistem adalah kebutuhan yang
berubah. Tentunya, perubahan
kebutuhan ini bukanlah musuh bagi
perekayasa kebutuhan. Musuh
sebenarnya adalah perubahan
kebutuhan yang tidak dimanajemen
dengan baik. Dengan memanajemen
perubahan maka perubahan yang
terjadi dapat ditelusuri dengan baik
sehingga bisa ditindak lanjuti.
Teknik Manajemen Kebutuhan
Pada umumnya ada empat kelompok
informasi yang harus dikumpulkan pada
manajemen kebutuhan:
. User-
user
2. Teknis – lingkungan perangkat keras
dan perangkat lunak.
3. Bisnis – mengumpulkan tujuan dari
domain bisnis seperti kenaikan
keuntungan ataupun efektifitas.
4. Fungsional – bagaimana produk akan
dibuat.
Untuk mengurangi resiko kegagalan dalam
manajemen proyek ada enam teknik yang
dapat digunakan, yaitu:
1. Wawancara - mengidentifikasi
p e m a n g k u
k e p e n t i n g a n
d a n
kebutuhannya.
2. Workshop
mencari konsensus di antara
pemangku kepentingan.
3. Brainstorming
pendekatan baru yang inovatif.
4. Storyboarding
yang dibuat sesuai dengan kebutuhan.
Adam Mukharil Bachtiar