Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.10 No. 1
109
H a l a m a n
menemani ke stasiun Shibuya untuk
mengambil Hachi. Begitu melihat Hachi
yang seperti sudah mati mereka terkejut
dan langsung membawanya ke rumah Ueno.
Sesampai di rumah, Hachi langsung diberi
susu oleh Ueno dan tidak lama kemudian
Hachi bangun dan meminum susu tersebut.
Pada pagi harinya Hachi kelihatan sehat
dan segar bugar, dia lari ke sana ke sini.
Pada waktu duduk, kaki depannya
membentuk huruf delapan karena itu Ueno
memberi nama Hachi.
Pada awalnya Hachi akan
dipelihara oleh Chizuko tetapi karena ia
hamil dan akan menikah dengan Moriyama
maka dia menolak untuk memelihara Hachi
dengan alasannya ia tidak mau rasa
cintanya kepada suami terbagi dua. Oleh
karena itu Hachi jadi dipelihara oleh Ueno.
Hubungan Hachi dan Ueno sangat
dekat sampai-sampai mandi di Ofuro pun
berdua dan ketika hujan besar turun, Ueno
membawa Hachi ke dalam rumah dan tidur
sambil memeluk Hachi di ruang baca.
Dari semua kegiatan rutinitas yang
dilakukannya bersama Ueno ada salah satu
kebiasaan Hachi juga yaitu selalu
menjemput Ueno di stasiun Shibuya. Setiap
sore dia selalu pergi ke stasiun Shibuya dan
duduk di dekat pintu keluar menunggu
sampai Ueno pulang. Dia tidak mengenal
hujan ataupun salju, setiap hari dia pergi ke
stasiun dan menunggu majikannya pulang.
Menjelang kematian majikannya,
seperti biasa Hachi mengantarkan
majikannya ke stasiun dan setelah itu dia
kembali pulang. Tetapi siang itu, tiba-tiba
dia lari ke sana ke sini seperti gelisah, dia
pergi menghampiri istri majikannya dan
menarik-narik bajunya. Pada waktu itu
mungkin dia mempunyai firasat sesuatu
yang buruk akan terjadi pada majikannya.
Dan benar sekali, pada waktu itu ketika
Ueno sedang mengajar tiba-tiba dia terkena
serangan jantung, dia terjatuh lemas dan
ketika dokter datang dia sudah meninggal.
Semenjak majikannya meninggal,
istri Ueno pindah dan tinggal bersama
Chizuko, menantu dan cucunya Toru. Ogata
kembali ke Shizuoka dan Oyoshi kembali ke
kampung halamannya, Chiba. Sedangkan
Hachi dititipkan pada keluarga Hashida di
Asakusa. Tetapi Hachi malah kabur dan
kembali ke rumah Ueno yang pada waktu itu
akan dibeli oleh keluarga Maekawa yang
tidak suka anjing. Ume yang pada waktu itu
berada di rumah Ueno terkejut melihat
Hachi dan langsung membawanya ke rumah
Chizuko sambil memberitahukan bahwa
rumahnya sudah ada yang mau beli. Melihat
Hachi istri Ueno terkejut dan setelah
membersihkan Hachi dia membawanya lagi
ke Asakusa untuk dititipkan pada keluarga
Hashida. Begitu tiba di keluarga Haseda,
Haseda marah-marah karena Hachi kabur
dengan mematahkan rantai yang
mengekangnya. Istri Ueno meminta maaf
dan menitipkan Hachi sekali lagi. Tapi tak
lama kemudian Hachi berhasil kabur lagi
dan kembali ke rumah Ueno. Ume yang
melihat Hachi setiap sore pulang ke rumah
Ueno merasa iba dan membawanya pulang
ke rumahnya.
Setelah beberapa hari Hachi tinggal
di rumah Ume, datanglah istri Ueno ke
rumah Ume. Dia terkejut begitu melihat
Hachi ada di rumah Ume. Istri Ueno datang
untuk berpamitan karena dia akan pulang
kembali ke rumah ibunya di Akita. Dia tidak
bisa tinggal bersama Chizuko karena harus
ikut suaminya Moriyama ke London untuk
dinas. Dan dia meminta Ume untuk
menjaga Hachi. Ume dan isterinya tidak
keberatan untuk menjaganya. Tetapi
setelah pulang mengantarkan istri Ueno ke
stasiun, di depan rumah tiba-tiba Ume
terkena serangan jantung dan jatuh lalu
meninggal. Istri Ume yang tidak bisa
membawa Hachi pulang ke kampong
halamannya terpaksa meninggalkan Hachi
sebatang kara.
Setelah Hachi ditinggalkan oleh
orang-orang yang dicintainya, dia jadi hidup
sebatang kara dan tidak punya tempat
untuk pulang. Tapi tetap saja setiap sore dia
selalu datang ke stasiun Shibuya menunggu
majikannya pulang. Tome, seorang pemilik
warung sate di depan stasiun selalu melihat
Hachi setiap sore duduk di depan pintu
keluar stasiun. Dia sangat kasihan dan
Pitri Haryanti, S.Pd,M.Pd