Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page 10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15Page 16Page 17Page 18Page 19Page 20
Page 5 of 20Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.10 No. 1
127
H a l a m a n
Siti Kurnia Rahayu
dengan sistem informasi, karena menjelas-
kan bagaimana orang berperilaku dalam
menghadapi sistem informasi (Claver et al.,
2001). Dengan memahami bagaimana peri-
laku manusia yang dipengaruhi oleh se-
suatu hal dari organisasi dapat memperjelas
dampak potensial dari diimplementasi-
kannya sistem informasi (Cabrera et al.,
2001).
Budaya dapat membentuk dan
memberikan pedoman dalam mengembang-
kan sistem informasi pada organisasi
(Martin, 2002). Budaya berperan penting
dalam proses manajerial, yang baik secara
langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi sistem informasi (Leidner
dan Kayworth, 2006). Ovaska (2009:10)
menyebutkan bahwa suksesnya implemen-
tasi sistem informasi adalah dengan adanya
keyakinan dan nilai. Menurut Ovaska
(2009:10) keyakinan disini merupakan ke-
yakinan perusahaan pada pengembang sis-
tem informasi, kemudian nilai dimaksudkan
sebagai nilai tambah berupa pemahaman
pengembang atas lingkup bisnis perusa-
haan, dan nilai berupa keahlian serta moti-
vasi personil. Keyakinan dan nilai meru-
pakan ukuran budaya organisasi. Dengan
memahami budaya organisasi maka dapat
memperoleh pola untuk mengidentifikasi-
kan informasi yang diperlukan organisasi
(Itami, 1987), hal ini menjadi sarana
penting komunikasi internal maupun ekster-
nal perusahaan (Schein, 2011), dan dengan
demikian memungkinkan untuk menilai
efektivitas sistem informasi yang diterapkan
(Claver et al., 2001). Budaya organisasi da-
pat menciptakan kohesi antara anggota
organisasi pula, sekaligus sebagai kontrol
sosial dalam perusahaan ketika anggota
tidak dapat dikendalikan dengan cara for-
mal dalam menghadapi implementasi sis-
tem informasi (Claver et al., 2001). Claver et
al. (2001) menambahkan bahwa perhatian
pada budaya organisasi dalam implemen-
tasi sistem informasi dapat meningkatkan
kepuasan semua kolaborator internal peru-
sahaan, memfasilitasi adaptasi lingkungan,
dan integrasi internal, sehingga dapat men-
gurangi kecemasan yang diciptakan oleh
sistem. Dengan demikian budaya organisasi
yang mendukung integrasi teknologi infor-
masi
dan
pertumbuhan
organisasi
(Chatman dan Jehn, 1994) dapat menjadi
faktor sukses dalam pengembangan dan
implementasi sistem informasi (Indeje dan
Zheng, 2010:1).
Budaya organisasi dapat pula men-
jadi hambatan untuk suatu perubahan ma-
nakala nilai-nilai yang dimiliki bersama tidak
sejalan dengan nilai-nilai yang dapat men-
ingkatkan efektivitas organisasi (Robbins
(values)
core
2002). Demikian pula menurut Allen et al.,
(2004) yang menyatakan bahwa faktor or-
ganisasi dan budaya dapat menghambat
penerapan sistem informasi. Perubahan
teknologi apa pun yang mengancam asumsi
budaya yang berlaku umum biasanya mene-
mui tantangan yang besar dalam implemen-
tasi sistem informasi (Laudon dan Laudon,
2007:101). Budaya yang ada dalam or-
ganisasi dapat menolak diadaptasinya pe-
rubahan sistem informasi ketika sumber
daya manusia tidak sepenuhnya paham
manfaat penerapan sistem informasi terse-
but, dan muncul kekhawatiran akan kehilan-
control
dan Greaves, 2002).
Masalah lain budaya organisasi
dalam implementasi sistem informasi
adalah berkaitan dengan value yaitu adanya
gap waktu yang dibutuhkan dalam rangka
menghadapi perubahan (Claver et al.,
2001). Budaya organisasi membutuhkan
waktu yang lama untuk menimbulkan suatu
keyakinan yang sama antara anggota or-
ganisasi atas suatu perubahan baru, se-
dangkan sistem informasi biasanya diimple-
mentasikan dalam waktu jangka pendek
(Claver et al., 2001). Sehingga proses se-
kuensial termasuk pelaksanaan sistem in-
formasi dan perubahan atas budaya organi-
asi harus dianalisis dengan sangat cermat
mengingat kurangnya penyesuaian temporal
yang mungkin terjadi tersebut (Claver et al.,
2001). Ditegaskan Atre (1995) organisasi
harus berada dalam situasi yang ideal sebe-
lum sistem informasi diimplementasikan