Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page 10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15Page 16Page 17Page 18Page 19Page 20
Page 7 of 20Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.10 No. 1
129
H a l a m a n
Siti Kurnia Rahayu
tem informasi diterapkan menjadi bagian
integral dalam sistem informasi tersebut
(Indeje dan Zheng, 2010:1). Kemudian ide,
praktek,
organizational
arrangements,
peran dan status di dalam sistem informasi
tentunya menjadi cermin budaya sosial dan
ekonomi politik dimana sistem informasi
tersebut diterapkan
(
Hardon et al., 2001).
Maka jelas bahwa sistem informasi meru-
pakan bagian yang tak terpisahkan dari or-
ganisasi, sistem informasi dan organisasi
mempengaruhi satu sama lain (Laudon dan
Laudon, 2007:19).
Selanjutnya, struktur organisasi
merupakan salah satu sarana yang diguna-
kan manajemen untuk mencapai sa-
sarannya, maka logis jika strategi dan struk-
tur harus terkait erat, jika manajemen mela-
kukan perubahan terhadap organisasi maka
struktur organisasi pun perlu dimodifikasi
untuk menampung dan mendukung peruba-
han ini (Robins dan Judge, 2007:236). Ke-
mudian Nagappan et al., (2009:1) mema-
parkan pendapat Conway’s Law bahwa sis-
tem informasi yang didesain untuk or-
ganisasi merupakan salinan struktur komu-
nikasi antar unit di dalam organisasi, se-
hingga kualitas produk sistem informasi
sangat dipengaruhi oleh struktur organisasi.
Hal tersebut juga diperkuat dengan penda-
pat Scott (2001:6) yang menyatakan bahwa
struktur organisasi mempengaruhi sistem
informasi.
Lebih lanjut Scott (2001:8) menje-
laskan bahwa struktur organisasi yang men-
gandung hirarki merupakan kerangka dasar
sistem informasi dibangun, karena sistem
informasi dibangun untuk mengalirkan infor-
masi sesuai dengan hirarki dalam struktur
organisasi. Semakin besar lapisan hirarki
struktur organisasi akan semakin rumit sis-
tem informasi yang dibangun, selain itu ren-
tang kendali dalam struktur organisasi juga
mempengaruhi sistem informasi (Scott,
2001:10). Dengan mengandaikan semua
hal adalah sama, semakin lebar atau besar
rentang kendali maka semakin efisien or-
ganisasi, karena mempercepat proses pen-
gambilan keputusan dan meningkatkan
fleksibilitas (Robbins dan Judge, 2007:220).
Sementara itu Laudon dan Laudon
(2007:107) menjelaskan bahwa sistem in-
formasi memfasilitasi perataan hierarki den-
gan memperluas distribusi informasi, men-
dorong pembuatan keputusan lebih rendah
karena karyawan tingkat rendah dapat
menerima informasi yang mereka butuhkan
untuk membuat keputusan tanpa pengawa-
san. Selain itu Laudon dan Laudon
(2007:107) menambahkan karena manajer
menerima informasi lebih akurat, dan tepat
waktu mereka menjadi lebih cepat mem-
buat keputusan sehingga sedikit manajer
yang dibutuhkan dalam struktur organisasi.
Sistem
informasi
merupakan
proses yang rumit, melibatkan interaksi
antara manusia, proses, dan alat untuk
mengembangkan sistem, dimana pengem-
bangannya biasa dilakukan oleh tim yang
terdiri dari sejumlah individu, dan tim dalam
membangun sistem informasi harus mem-
perhatikan struktur organisasi (Nagappan
et al., 2009:1). Apapun tingkat dalam hier-
arki organisasi pelaksanaan sistem infor-
techno stress
bagai situasi yang dihasilkan akibat hal-hal
yang berkaitan dengan perilaku negative
baik manajemen maupun non staf mana-
jemen (Claver et al., 2001). Bagi staf non
manajemen, karena melibatkan proses rutin
dan
penggunaan
sistem
informasi
cenderung tidak memadai dapat mencipta-
kan hambatan komunikasi, serta ketergan-
tungan pada sistem informasi dibanding
dengan individu lain akan menghasilkan
komitmen, motivasi dan kepuasan antara
anggota organisasi yang kurang (Claver et
al., 2001). Sedangkan bagi staf mana-
jemen, hal negatif yang terjadi apabila
manajer tidak dapat menilai sistem infor-
masi sebagai sesuatu yang berguna adalah
menganggap informasi yang dihasilkan ti-
dak menarik bagi mereka dan akan menim-
bulkan penolakan atas sistem informasi jika
dirasakan sistem informasi dapat mengaki-
batkan tidak diinginkannya redistribusi ke-
kuasaan (Claver et al., 2001). Menurut
Cabrera et al., (2001) beberapa peneliti
menemukan bahwa interaksi disfungsional
diantara kelompok professional yang terlibat