Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.11 No. 1
81
H a l a m a n
Disfungsional akuntan publik tersebut
merupakan perilaku juga.
Sikap
sangat
membantu
dalam
memahami perilaku, Akuntan publik dapat
mempunyai sikap yang kontradiktif pada
saat
tertentu
sehingga
dapat
mempengaruhi perilaku.
Arfan Ikhsan & Muhammad Ishak
(2008 : 44) menyatakan bahwa :
”Dalam Kantor Akuntan Publik, sikap adalah
penting karena sikap mempengaruhi
perilaku kerja dari akuntan publik”.
Sikap dan perilaku harus konsisten,
Robbin (2005 : 80) menyatakan bahwa :
”Research has generally concluded that
people seek consistency among their
attitudes and between their attitudes and
their behavior. This means that individual
seek to reconcile divergent attitudes and
align their attitudes and behavior so they
appear rational and consistent. When there
is an inconsistency, forces are initiated to
return the individual to an equilibrium state
in which attitudes and behavior are again
consistent”.
Luthan (2005 : 207-209) menyatakan
Empat Fungsi yang terkait dengan sikap
yang dimiliki manusia, yaitu :
Attitudes serve four important functions in
this process :
a. The adjustment function
b. The ego defensive function
c. The value exprensive function
d. The Knowledge functio”.
Siegel & Marconi (1989 : 26)
menyatakan bahwa :
”Attitudes serve four major functions :
a. Understanding
b. Need satisfaction
c. Ego defense
d. Value expression”.
Robin&Judge (2009 : 110) menyatakan
bahwa
”Individu
cenderung
mencari
konsistensi, ketidakselarasan kognitif ada
ketika terjadi ketidakkonsistenan antara
sikap dan perilaku. Tentu saja, tidak ada
akuntan publik yang sepenuhnya dapat
menghindari ketidakselarasan, keinginan
seseorang
untuk
mengurangi
ketidakselarasan
ditentukan
oleh
pentingnya elemen yang menciptakan
ketidakselarasan ini, tingkat pengaruh
kepercayaan Akuntan Publik terhadap
elemen-elemen tersebut dan penghargaan
yang
mungkin
terdapat
dalam
ketidakselarasan itu. Jika Elemen-elemen
yang menciptakan ketidakselarasan relatif
tidak penting, tekanan untuk memperbaiki
ketidakseimbangan ini akan rendah.
Masih menurut Robin&Judge (2009 :
111)
Tingkat
pengaruh
kepercayaan
akuntan publik terhadap elemen-elemen ini
akan berdampak pada bagaimana reaksi
akuntan publik terhadap ketidakselarasan
tersebut. Jika akuntan publik merasa bahwa
ketidakselarasan tidak bisa dikendalikan,
kondisi dimana akuntan publik tidak
memiliki pilihan, akuntan publik mungkin
tidak mau menerima perubahan sikap,
contohnya jika akuntan publik dituntut oleh
pekerjaan untuk melakukan suatu hal yang
berlawanan dengan sikap pribadi akuntan
publik, akuntan publik akan cenderung
untuk memodifikasi sikapnya agar sesuai
dengan kondisi yang harus di lakukan.
Selanjutnya,
semakin
besar
ketidakselarasan,
setelah
diselaraskan
dengan faktor-faktor tingkat kepentingan,
pilihan dan penghargaan, semakin besar
tekanan
untuk
mengurangi
ketidakselarasan
tersebut.
Dengan
demikian sikap memang mempengaruhi
perilaku, Robbins (2005 : 78) menyatakan
bahwa :
”......that attitude may lead to a
desirable
behavior.
In
Organizations,
attitudes are important because they affect
job behavior”.
Siegel & Marconi (1989 : 26)
menyatakan bahwa :
”Attitudes are not behaviors ; rather, they
represent a readiness for action or behavior.
Thus, attitudes drive and guide behavior”.
Kesimpulan dari kedua pernyataan
diatas adalah sikap bukanlah perilaku tetapi
sikap dapat mengarahkan pada perilaku.
Beberapa bentuk dari sikap yang diang-
gap penting, juga sesuai dengan pernyataan
Robbin & Judge (2009 : 113) bahwa :
“Most of the research in organizational be-
Dr. Ely Suhayati, SE. MSi, Ak