Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.11 No. 1
104
H a l a m a n
fisik; dimensi lain dari keintiman termasuk
intelektual dan emosional, hingga pada ba-
tasan di mana kita melakukan aktivitas ber-
sama (West & Turner, 2006).
Artinya, perilaku verbal (berupa kata-
kata yang digunakan), perilaku nonverbal
(dalam bentuk postur tubuh, ekspresi
wajah, dan sebagainya), serta perilaku yang
berorientasi pada lingkungan (seperti ruang
antara komuni-kator, objek fisik yang ada di
dalam
lingkungan,
dan
sebagainya)
termasuk ke dalam proses penetrasi sosial.
LATAR BELAKANG TEORI
Altman & Taylor menyusun SPT ber-
dasarkan teori komunikasi lainnya yang di-
(Social
Exchange Theory)
(1959) yang menyatakan bahwa proses per-
tukaran sosial melibatkan pertukaran sum-
ber daya antara individu-individu dalam se-
buah hubungan (West & Turner, 2011 :
203).
Jadi, ide pertukaran sosial adalah
bahwa manusia membuat keputusan ber-
(cost)
(reward).
untuk mencapai atau meraih sesuatu mem-
butuhkan biaya besar maka orang akan
berpikir dua kali sebelum melakukannya.
Sedangkan jika hasil yang akan diperoleh
dari sesuatu yang akan diraih itu memberi-
kan imbalan yang besar maka orang akan
melakukannya walaupun biayanya juga be-
sar. Setiap keputusan adalah keseimban-
gan antara biaya dan imbalan. Apabila kita
menerapkan prinsip ini pada interaksi
manusia, maka kita melihat suatu proses
yang disebut „pertukaran sosial‟.
Dalam teori pertukaran sosial, in-
teraksi manusia seperti transaksi ekonomi;
orang berupaya memaksimal-kan imbalan
dan meminimalisir biaya. Jika pertukaran
sosial diterapkan pada penetrasi sosial
maka orang akan mengungkapkan infor-
masi dirinya ketika rasio biaya-imbalan
diterima.
Berangkat dari konsep tersebut, Tay-
lor & Altman (1987) berpendapat bahwa
hubungan
dapat
dikonsep-tualisasikan
dalam bentuk penghargaan dan pengorba-
nan. Penghargaan adalah segala bentuk
peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku
yang mendorong kepuasan, kesenangan,
kebahagiaan,
sedangkan
pengorbanan
adalah segala bentuk peristiwa hubungan
atau perilaku-perilaku yang mendorong
munculnya perasaan negatif.
Secara sederhana, jika sebuah
hubungan menyediakan lebih banyak
penghargaan daripada pengorbanan, maka
individu
cenderung
bertahan
dalam
hubungan mereka. Sebaliknya, jika seorang
individu percaya bahwa terdapat lebih
banyak pengorbanan ketika menjalani
sebuah hubungan, maka disolusi sebuah
hubungan sangat mungkin terjadi.
Untuk memahami hal tersebut,
Altman & Atman (dalam West & Turner,
2011 : 203) menyimpulkan :
1. Penghargaan dan pengorbanan memiliki
pengaruh besar pada awal sebuah
hubungan daripada setelah hubungan
berjalan lama
Terdapat relatif lebih sedikit pengalaman
interpersonal dalam hubungan tahap
awal sehingga individu lebih terfokus
pada keuntungan atau kerugian saja.
Pada hubungan tahap awal, individu
tidak memiliki banyak pengalaman ter-
hadap perilaku masing-masing dan
karenanya perhatian lebih ditujukan
pada hal-hal yang dapat langsung dinilai
berdasarkan pengorbanan dan penghar-
gaan.
2. Hubungan yang bersumber dari pengala-
man penghargaan atau pengorbanan
yang positif lebih mampu untuk menga-
tasi konflik secara efektif
Taylor & Altman menyatakan bahwa se-
bagian hubungan terbukti lebih mampu
mengelola konflik dibandingkan lainnya.
Hubungan awal yang berkembang ke
hubungan yang lebih lanjut acap kali
ditandai dengan perbedaan pendapat.
Semakin lama suatu hubungan, semakin
baik pemahaman satu sama lain, maka
masing-masing individu akan semakin
Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom.