Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page 10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15Page 16Page 17Page 18Page 19Page 20Page 21Page 22Page 23Page 24Page 25Page 26Page 27Page 28
Page 18 of 28Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.11 No. 2
251
H a l a m a n
dapat langsung diterima masyarakat tanpa
harus bertemu secara langsung. Seperti
pada kampanye pertama pemilu presiden
tahun
2004
dimana
megawati
memanfaatkan partai kader yang banyak,
Partai Demokrat melakukan kampanye
pertamanya Susilo Bambang Yudoyono
tampil melalui media sehingga rakyat dapat
lebih respon.
Cara kampanye melalui media ini
dapat
mengalahkan
cara
kampanye
langsung di lapangan yang hanya dapat
menyedot pengikut kurang lebih 10.000
orang sedangkan melalui media dapat
menjangkau pelosok negeri. DPP (dewan
pimpinan pusat) yang memutuskan media
mana yang dipilih untuk tingkat lokal yang
dapat memilih media mana yang akan
dipilih.
Partai
Demokrat
ingin
meninggalkan komunikasi kontemporer
sehingga lebih efektif dengan biaya yang
lebih efektif pula. Pelaksanaan kampanye
melalui kaderisasi dengan bertemu kader-
kader partai di ruang terbuka hanya akan
menambah dana yang tidak sedikit dan
belum tentu efektif dalam memberikan
suara pada saat pemilihan.
Media massa adalah faktor penting
dalam mengkonstruksi publik. Figur politik
mempengaruhi
media
dan
media
mempengaruhi representasi pemerintahan.
Hal itu bisa dilihat dari popularitas Susilo
Bambang Yudoyono tak bisa dihindari
karena
keterlibatan
media
dalam
mengemas citra sehingga menjadi seperti
sekarang ini.
Media menempati peran yang sangat
strategis dalam menyampaikan pesan-
pesan politik terhadap khalayak. Media
tidak membutuhkan waktu yang panjang
untuk sekedar memperkenalkan agenda-
agendanya bahkan bisa merubah pilihan
sebelumnya tentu dengan strategi yang
dimiliki media secara terus-menerus
mempengaruhi khalayak. Berbagai media
yang digunakan, tentu ada kelebihan dan
kelemahannya, begitu juga mengandung
pengaruh positif dan negatif terhadap
khalayak. Upaya penyaringan dan control
terhadap segala berita yang dimuat di
media perlu dilakukan agar tidak salah pilih.
Komunikator maupun aktivis politik mudah
menghipnotis khalayak dengan citra yang
ditampilkan setiap saat melalui media.
Berbagai isu dikemas dengan apik untuk
mendapatkan tempat di ruang publik
sehingga khalayak yang dijadikan sasaran
oleh mereka bisa mengenal dan setelah itu
memilihnya.
Umpan Balik dari Komunikasi yang
Diberikan dalam Komunikasi Politik Partai
Demokrat
Komunikasi merupakan proses
yang rumit. Dalam rangka menyusun
strategi komunikasi di DPC Partai Demokrat
diperlukan satu pemikiran dengan
memperhitungkan faktor-faktor pendukung
Feed back
yang ditimbulkan dari adanya komunikasi
politik yang dilakukan oleh DPC Partai
Demokrat berupa penerimaan yang positif
dari anggota. Namun penerimaan tersebut
tidak lepas dari upaya komunikator sebagai
penyampai pesan dalam menyampaikan
pesan politik tersebut. Dengan terjadinya
miskomunikasi di DPC Partai Demokrat Kota
Bandung, pesan politik yang disampaikan
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh komunikator. Sehingga umpan balik
yang diterima kadang negatif.
Berdasarkan hasil wawancara
kepada masyarakat, umpan balik dari
proses komunikasi politik yang dilakukan
DPC Partai Demokrat Kota Bandung
mengalami penerimaan dari masyarakat
sebagai pendengar. Penerimaan yang baik
akan menciptakan partisipasi yang baik
pula dari masyarakat.
Partisipasi politik mencakup semua
kegiatan sukarela melalui mana seseorang
turut serta dalam proses pemilihan
pemimpin-pemimpin politik dan turut serta -
secara langsung atau tak langsung – dalam
pembentukan kebijakan umum. Kegiatan-
kegiatan ini mencakup kegiatan memilih
dalam pemilihan umum; menjadi anggota
golongan politik seperti partai, kelompok
penekan, kelompok kepentingan; duduk
Dewi Kurniasih, Tatik Rohmawati.