Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page 10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15Page 16Page 17Page 18Page 19Page 20Page 21Page 22Page 23Page 24Page 25Page 26Page 27Page 28
Page 25 of 28Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.11 No. 2
258
H a l a m a n
Dewi Kurniasih, Tatik Rohmawati
penjiwaan dari para kader partai
terhadap ideologi dan jati diri partai
mengakibatkan lemah atau kurang
tangguhnya para kader di dalam
mengemban visi dan misi juang partai
di saat dihadapkan kepada tantangan-
tantangan berat, maupun guncangan-
guncangan politik di arena juangnya.
Tidak jarang terjadi, oleh adanya
guncangan-guncangan politik sesaat,
para kader kehilangan keseimbangan,
kehilangan arah kiblat juangnya/
visinya, sehingga gampang terombang-
ambingkan dan terpengaruh serta
menari-nari mengikuti irama orang
l a i n .
H a l
i n i
d i s e b a b k a n
ketidakpahaman para anggota
berpartisipasi dalam politik. Untuk itu
DPC Partai Demokrat Kota Bandung
mengadakan pendidikan politik untuk
pemahaman mereka. Biar komunikasi
politik berjalan searah dengan apa
yang diharapakan semua anggota
partai.
b.Lemahnya pemahaman dan penjiwaan
dari para kader partai terhadap jati diri
dan ideologi partai, akan berakibat
lemahnya para kader partai di dalam
mengaplikasikannya pada kebijakan-
kebijakan maupun program-program
perjuangan partai. Oleh karenanya,
masyarakat pun akan sulit mengenali,
yang mana sebenarnya yang
merupakan kiprah juang partai, dan
yang mana yang bukan merupakan
kiprah juang partai. Hal ini akan
berakibat lanjut kepada lemahnya
kemampuan partai untuk menarik
simpati massa. Akibatnya proses
komunikasi politik yang terjadi di DPC
Partai Demokrat Kota Bandung ikut
melemah. Dengan tidak jelasnya
kiprah juang partai, pemimpin jadi
bingung untuk menyampaikan pesan
politik kepada anggota.
2. Masalah personil/ SDM partai:
Macetnya proses rekruting kader dan
kaderisasi semasa rezim orde baru
berkuasa, telah membawa akibat lanjut
yang serius terhadap masalah
pengkaderan partai:
Kaderisasi/ pendidikan dan pelatihan
a. Selama rezim orde baru berkuasa,
kaderisasi boleh dikatakan tidak
berjalan. Akibatnya, partai mengalami
krisis SDM serius. Hal ini semakin
terasa setelah partai memperoleh
kemenangan dalam pemilu 1999,
sehingga karenanya dituntut untuk
mampu menyiapkan kader-kader
yang berkualitas untuk ditempatkan
di lembaga-lembaga fungsional
maupun struktural. Sementara di sisi
lain, dihadapkan pada kenyataan
kekurangsiapan SDM berkualitas,
karena memang belum pernah bisa
melaksanakan kaderisasi secara
terarah dan terprogram.
b. Yang terjadi adalah kaderisasi alami,
yang pematangannya semata-mata
oleh proses “pengalaman lapangan”
tanpa lewat proses pendidikan dan
pelatihan yang terarah, terprogram
dan berjenjang.
c. Belum adanya pedoman kriteria
rekruting dan penjenjangan kader
yang baku, ditambah macetnya
proses kaderisasi dan regenarasi
kader, telah mengakibatkan tidak
jelasnya jenjang kader, yang
berdampak lanjut rawan konflik
internal, terutama disaat-saat partai
melakukan penugasan kader di
lembaga-lembaga struktural maupun
fungsional, karena setiap kader
merasa memiliki hak yang sama.
d. Macetnya kaderisasi juga berdampak
kepada lemahnya pemahaman dan
penjiwaan kader partai terhadap
ideologi, jati diri dan visi-misi juang
partai.
Penugasan dan penegakan disiplin
partai:
a. Juklak-juklak partai yang digunakan
sebagai pedoman baku untuk
penugasan kader-kader partai di
dalam lembaga-lembaga struktural
maupun fungsional selama ini,
dirasakan masih memerlukan
penyempurnaan-penyempurnaan