Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page 10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15Page 16Page 17Page 18Page 19Page 20Page 21Page 22Page 23Page 24Page 25Page 26Page 27Page 28
Page 9 of 28Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.11 No. 2
242
H a l a m a n
Dewi Kurniasih, Tatik Rohmawati
memperbesar sistem kepercayaan dan
mencakup obyek politik yang lebih
bervariasi (misalnya, menggabungkan isu
dan kebijakan maupun personalia dan
partai politik).
2. Akibat apektif
Ada konsensus umum bahwa
komunikasi
politik
lebih
cenderung
diperhitungkan orang dalam menyusun
kepercayaan politik ketimbang dalam nilai
politik mereka. Semakin jelas, misalnya
bahwa
media
massa
mempengaruhi
banyaknya informasi yang dimiliki orang
tentang politik, sebagian karena akibat
kognitif dari media dalam sosialisasi pada
masa kanak-kanak dan yang didorong oleh
hubungan kebergantungan.
Empat konsekuensi apektif yang
potensial keluar dari komunikasi politik:
a. Seseorang bisa menjernihkan, atau
mengkristalkan, nilai politik melalui
komunikasi politik.
b. Orang bisa memperkuat nilai melalui
komunikasi politik. Riset menunjukkan
bahwa hal ini barangkali merupakan
konsekuensi apektif dari komunikasi
karena
orang
secara
selektif
memperhatikan pesan yang cocok
dengan pandangannya, mempersepsi isi
pesan sebagai sesuatu yang tidak
mengancam, dan mengingat pesan yang
mengukuhkan penilaian sebelumnya
tentang objek politik.
c. Komunikasi politik bisa memperkecil
nilai yang dianut.
d. Apakah imbauan politik memindahkan
orang dari persuasi yang satu ke
persuasi yang lain.
3. Akibat Partisipasi
Keterbukaan terhadap komunikasi
politik dapat mempengaruhi orang agar
secara aktif dapat terlibat dalam politik; di
pihak lain, komunikasi politik bisa menekan
partisipasi politik.
Apakah aktivasi dan deaktivasi, konse-
kuensi komunikasi politik bisa primer atau
sekunder. Akibat primer terjadi jika orang
yang dipengaruhi itu telah melibatkan diri
secara langsung ke dalam proses komuni-
kasi. Konsekuensi sekunder dari komuni-
kasi terjadi jika orang yang tidak terlibat
secara langsung dalam komunikasi terpen-
garuh oleh perubahan pada orang yang terli-
bat.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang dikaji
pada penelitian ini, khususnya yang
berhubungan dengan yang terjadi sekarang,
maka dasar-dasar yang digunakan adalah
dengan
mencari
kebenaran
dalam
penulisan berdasarkan suatu metode.
Metode tersebut dapat lebih mengarahkan
penyusun dalam melakukan penulisan dan
pengamatan.
Penulis
dalam
melakukan
penelitian
ini,
menggunakan
metode
penelitian deskriptif. Metode penelitian
deskriptif menurut Bungin (2001:124)
dapat diartikan sebagai berikut:
Penelitian
yang
menggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai
situasi atau berbagai variabel yang timbul di
masyarakat yang menjadi permasalahannya
itu, kemudian menarik ke permukaan
sebagai suatu ciri atau gambaran tentang
kondisi, situasi ataupun variabel tertentu.
Penelitian deskriftip dapat bertipe kualitatif
dan kuantitatif sedangkan yang bertipe
kualitatif adalah data diungkapkan dalam
bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-
uraian.
Metode deskriptif ini ditujukan untuk
menganalisa masalah-masalah yang men-
deskripsikannya menurut Surakhmad
(1998: 139) dalam bentuk tuangan tulisan
yaitu “Penyelidikan deskriptif menuturkan
dan menafsirkan data yang ada, misalnya
tentang situasi yang dialami, suatu hubun-
gan kegiatan, pandangan, sikap yang nam-
pak, tentang satu proses yang sedang ber-
langsung, pengaruh yang sedang bekerja,
kelainan yang sedang muncul, kecenderun-
gan yang nampak, pertentangan yang me-
runcing dan sebagainya”.
Peneliti juga memilih metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan