Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8Page 9Page 10Page 11Page 12Page 13Page 14Page 15Page 16
Page 7 of 16Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.12 No. 2
141
H a l a m a n
Wawancara
fenomenologi
merupakan
wawancara yang menuntut peneliti untuk
dapat beradaftasi dengan gaya bahasa
informan sehingga dapat lebih terbuka.
Jenis wawancara yang dilakukan adalah
wawancara mendalam. Dalam melakukan
metode
wawancara,
seperti
yang
diungkapkan
Kuswarno
(2009:67),
wawancara pada penelitian fenomenologi
biasanya
dilakukan
secara
informal,
interaktif dalam percakapan dan melalui
pertanyaan dan jawaban yang terbuka.
Sekalipun daftar pertanyaan telah disusun,
wawancara dilakukan dengan mengalir
sesuai
dengan
jawaban
responden.
Wawancara dilakukan dengan basa-basi
terlebih dahulu agar suasana nyaman dan
tidak kaku sehingga informan dapat
menceritakan atau menjawab pertanyaan
dengan jujur dan lengkap.
Wawancara mendalam seperti yang
diungkapkan McMillan dan Schumacher
(2001) dalam Satori (2010:130), yaitu
tanya-jawab
yang
terbuka
untuk
memperoleh data tentang maksud hati
informan
tentang
bagaimana
menggambarkan dunianya dan bagaimana
informan menjelaskan atau menyatakan
perasaannya tentang kejadian-kejadian
penting dalam hidupnya. Wawancara dalam
penelitian ini dilakukan pada pengguna
Facebookplayergame
FarmVille-2
memperoleh
penjelasan
mengenai
fenomena pengalaman informan dalam
bermain guna memunculkan makna yang
terdapat didalamnya. Wawancara dilakukan
pada beberapa informan yang sudah
gameFarmVille-2
untuk memperoleh keterangan secara
langsung dari sudut pandang pemain
sebagai pelaku, tentang pemahaman dan
pengertian mereka mengenai tindakan yang
terjadi saat bermain. Dari wawancara maka
dapat diperoleh data secara lisan atas apa
yang dialami informan. Mengacu pada
pendapat Creswell (1998:110), mengenai
cara
melakukan
wawancara
yaitu
locating
site
gaining access
sampling
berdasarkan pemikiran Sugiyono (2010:11)
yang menyatakan bahwa peneliti sebagai
human instrument
dengan sumber data sehingga harus
mengenal betul sumber data dan wilayah
yang teliti, maka lokasi perolehan data
adalah kota Bandung. Untuk kemudahan
akses dan perijinan, maka wawancara
dilaksanakan
di
lingkungan
kampus.
Kampus yang dipilih khususnya kampus
yang berbasis komputer yaitu Unikom
Bandung. Pemilihan kampus Unikom
Bandung dikarenakan fasilitas kampus dan
budaya kampus yang berbasis komputer
serta telah terbiasa dengan akses internet
cybernet
civitasnya, selain itu pemilihan kampus
Unikom
Bandung
juga
dikarenakan
kemudahan akses untuk meneliti.
Adapun jenis-jenis pertanyaan yang dapat
diajukan dalam wawancara mengacu pada
Patton (1980) dalam Satori (2010:140)
yaitu; (1) Pertanyaan yang berkaitan dengan
pengalaman atau tindakan. Pertanyaan ini
digunakan untuk mengungkap pengalaman
yang telah dialami partisipan, sehingga
dapat dipahami profil kehidupan informan
dalam kaitannya dengan interaksi dalam
game
dengan pendapat atau nilai dari pihak lain.
Pertanyaan ini untuk mengetahui pendapat
informan mengenai topik yang dikaji yang
berasal dari sumber lain. (3) Pertanyaan
yang berkaitan dengan perasaan.
Pertanyaan ini
dilakukan untuk
mengungkap perasaan informan terhadap
objek kajian. (4) Pertanyaan tentang
pengetahuan. Pertanyaan ini digunakan
untuk mengungkap pengetahuan informan
terhadap objek yang sedang dikaji. (5)
Pertanyaan yang berkenaan dengan indera.
Pertanyaan ini digunakan untuk
mengungkap data atau informasi yang
berkenaan dengan indera tubuh. (6)
Deni Albar, Wira Mahardika