Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.12 No. 2
204
H a l a m a n
user
Ketidakselarasan
tujuan,
perbedaan
interpretasi fakta, ketidak sepahaman yang
disebabkan
oleh
ekspektasi
perilaku
tersebut akan berubah menjadi suatu
konflik yang dapat menciptakan kondisi
kacau dan membuat tidak harmonisnya
pekerjaan. Sehingga implementasi system
informasi tidak mungkin sukses selama
kesenjangan
persepsi
tersebut
terus
berlanjut. Kesenjangan persepsi antara
level manajemen dalam organisasi atas
system
informasi
yang
diterapkan
(Micro Level Resistance).
hambatan pada tingkat mikro karena
human nature
individual’s personality
terbentuknya budayaorganisasi (Hofstede,
2002).
Memahami budaya merupakan hal penting
untuk mengkaji system informasi karena
budaya organisasi dapat mempengaruhi
suksesnya implementasi system informasi
dalam suatu perusahaan. Banyak kasus
implementasi system informasi berbenturan
dengan budaya organisasi. Menurut Cabrera
et al.,
system
informasi
gagal
memenuhi
keinginan pengguna. Sehingga organisasi
harus memberikan perhatian pada manusia
sebagai factor penentu yang penting atas
efektivitas
sIstem
informasi
yang
diimplementasikan.Budaya organisasi akan
user,
operator,programmer
sebagai orang-orang yang merupakan
anggota dari perusahaan dan terkait secara
langsung dengan system informasi.
Budaya organisasi dapat menjadi penguat
maupun menjadi hambatan bagi suatu
perubahan.Suksesny aimplementasi system
informasi
perlu
adanya
keyakinan
perusahaan pada pengembang system
informasi dan nilai berupa pemahaman
pengembang
atas
lingkup
bisnis
perusahaan,
keahlian
serta
motivasi
personil. Budaya organisasi dapat pula
menciptakan kohesi (tarikmenarik) antara
anggota organisasi, sekaligus control dalam
pelaksanaan system informasi.Selain itu
adanya perhatian pada budaya organisasi
dalam implementasi system informasi dapat
meningkatkan kepuasan semua kolaborator
internal perusahaan, memfasilitasi adaptasi
lingkungan, dan integrasi internal, sehingga
dapat
mengurangi
kecemasan
yang
diciptakan oleh sistem informasi.
KAJIAN PUSTAKA
Budaya Organisasi
Colquitt et al. (2011:528) memberikan
definisi budaya organisasi adalah sebagai
berikut:
”Organizational cultureas the shared social
knowledge within an organization regarding
the rules, norms and values that shape the
attitudes and behaviors of its employees.
Culture is social knowledge among
members of the organization. Employees
learn about most important aspects of
culture through other employees. This
transfer of knowledge might be through
explicit communication, simple observation,
or other, less obvious methods. In addition
culture is shared knowledge, which means
that
members
of
the
organization
understand and have a degree of
consensus regarding what the culture is.
Culture tells employees what the rules,
norms, and values are within the
organization.”
Definisi yang disebutkan oleh Colquitt
(2011:528) tersebut dapat diartikan bahwa
budaya organisasi merupakan bagian dari
social knowledge
berkenaan dengan aturan, norma dan nilai
yang membentuk sikap dan perilaku
pegawai.
Definisi
tersebut
menyoroti
beberapa sudut permasalahan pada budaya
organisasi. Budaya adalah pengetahuan
sosial antara anggota dalam organisasi.
Anggota organisasi harus mempelajari
Siti Kurnia Rahayu, Lilis Puspitawati, Sri Dewi Anggadini