Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.13 No. 1
83
H a l a m a n
Persoalan ketidaksetaraan gender relatif
tidak terlihat dalam organisasi tani palin-
tang dalam fase perebutan penguasaan
lahan kehutanan Kabupaten Bandung dan
Manglayang. Walaupun ada perbedaan
warna organisasi ketika yang menjadi pem-
impin kelompok-kelompok tani adalah per-
empuan. Namun dalam ranah domestic
masih banyak ditemukan ketidakadilan gen-
der dalam pembagian kerja.
KESIMPULAN
Kiprah Perempuan tani dalam perjuangan
perebutan tata kuasa lahan dalam konflik
agraria tidak dapat diremehkan. Bias gen-
der dalam pergolakan reclaiming dalam
konflik agrarian relative tidak ditemukan.
petani, baik itu perempuan ataupun laki-laki
mau merebut kembali kuasa atas tanah.
Tanah kawasan hutan yang dikuasai oleh
pemerintah adalah bukan atas nama per-
empuan atau laki-laki, tapi tanah petani.
Tanah rakyat. Dalam perjuangan perebutan
kedaulatan sumber daya agraria, ternyata di
kampong Palintang warga tidak akan
melihat “perempuan”. Bahkan militansi per-
empuan bisa melebihi dari laki-laki. Mes-
kipun membutuhkan pengorbanan yang luar
biasa. Gerakan perempuan sudah selayak-
nya terlibat aktif dalam gerakan tani
Meski begitu pada ranah domestic dan fase
perjuangan selanjutnya yakni fase penataan
produksi masih terdapat ketimpangan pem-
bagian kerja antara perempuan dan laki-
laki. Masih banyak kaum perempuan tani
palintang yang tidak percaya diri akibat dari
terlalu lama mengalami penindasan.
DAFTAR PUSTAKA
Bersaksi Untuk Pemba-
ruan Agraria
Yogyakarta
Landreform dari Masa ke
Masa
sorsium Pembaruan Agraria, Yogya-
karta
Antropologi Marx,
Karl Marx tentang Masyarakat dan
Kebudayaan
Hukum Agraria,
Pola Penguasaan Tanah dan Kebu-
tuhan Hidup
karta
Masalah
Agraria
sebagai
Masalah
Penghidupan
dan
Kemakmuran
Rakyat Indonesia
PEWARTA Yogyakarta
The Great Transfor-
mation: The Political and Eonomic
Origins of Our Time
Press
Mengapa Konflik-Konflik
Agraria Terus Menerus Melets di Sa-
na-Sini?
Aulia Asmarani