Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.14 No. 1
39
H a l a m a n
mandang kami sebelah mata.”
(Tokaido Inn : 176)
Stratifikasi sosial masyarakat di zaman Edo
ini, bersifat tertutup. Hal ini dikarenakan
pada masa itu orang biasa terpaksa harus
menerima keadaan serta status yang dimili-
kinya sejak lahir tanpa dapat melakukan
apapun untuk menaikkan atau memperbaiki
statusnya ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini
dikarenakan sistem stratifikasi sosial di za-
man Edo ini dibuat berlandaskan salah satu
konsep dalam ajaran Konfusianisme (ajaran
yang banyak dijadikan landasan bagi ban-
yak kebijakan Keshogunan Edo) bahwa
‘manusia harus menerima takdir dari lahir,
tidak dapat menggugat takdir’. Fenomena
sosial tersebut dalam novel Tokaido Inn
direpresentasikan seperti dalam kutipan-
kutipan berikut :
“Saudagar?” Kazuo melotot kearah Seikei,
tertarik. “Lalu kenapa kau membawa
pedang seperti samurai?”
(Tokaido Inn : 176)
“Impian terbesarku adalah menjadi seorang
samurai,” kata Seikei.
Kazuo melotot. “Ah, tak mungkin.Kau harus
tahu diri. Setiap orang dilahirkan di tempat-
nya masing-masing. Pikirkan apa yang akan
terjadi pada orang yang ingin menjadi
sesuatu yang tak mungkin dia capai. Mere-
ka akan beringas dan kacau, dan orang lain
akan menderita.”
(Tokaido Inn : 177)
Sebagai kelas teratas dalam masyarakat,
untuk menjadi samurai hanya dapat terjadi
secara alamiah melalui kelahiran/
keturunan atau pengangkatan sebagai anak
berdasarkan hukum. Fakta sosial ini
direpresentasikan dalam novel Tokaido Inn
seperti dalam kutipan berikut :
Aku tahu seseorang yang sangat berbakti
dan sangat cocok untuk bushido. Dia telah
membuktikan dirinya pemberani, terhormat,
dan setia. Di setiap langkah, dia adalah
samurai sejati.”
“Sebutkan namanya,” kata sang shogun.
“Aku akan mengangkatnya jadi hakim.
Lebih baik lagi, mengirimnya ke istana un-
tuk jadi pegawai, aku butuh orang seperti
itu.”
“Tapi ada satu masalah,” kata sang hakim.
”Dia bukan samurai, hanya anak seorang
saudagar.”
……………….
“Tanpa melanggar tradisi,” jawab sang ha-
kim. “Seperti yang Anda harus tahu, sangat
biasa bagi satu keluarga tanpa keturunan
mengangkat anak untuk melanjutkan nama
keluarga. Saya tidak punya. Jika Anda
berkenan, dan jika ayah anak ini sepakat,
saya akan mengadopsinya.”
)
Kutipan diatas adalah dialog antara Hakim
Ooka dan Shogun ketika kasus pencurian
pertama milik daimyo Hakuseki sudah ter-
pecahkan berkat bantuan Seikei. Atas
kesungguhan sikap yang ditunjukkan oleh
Seikei layaknya seorang samurai selama
membantu memecahkan kasus tersebut,
Hakim Ooka berniat untuk mengangkat
Seikei sebagai anaknya, agar keinginan
Seikei untuk menjadi samurai dapat ter-
wujud.
KESIMPULAN
Memandang sastra sebagai dokumen sosial
dapat memberikan pengetahuan terhadap
kondisi sosial masyarakat pada suatu waktu
tertentu. Novel Tokaido Inn karya Dorothy
dan Thomas Hoobler merepresentasikan
secara langsung maupun tidak langsung
fenomena sosial terkait keberadaan samu-
rai sebagai kelas atas dalam stratifikasi
sosial masyarakat Jepang di zaman Edo.
Fakta sosial yang direpresentasikan dalam
tersebut adalah 1) identitas samurai se-
bu
bun;
masyarakat sebagai bentuk penghormatan;
3) terdapat batasan-batasan sosial yang
memisahkan golongan samurai dan orang
Fenny Febrianty