Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol.14 No. 1
36
H a l a m a n
jadi kelas tersendiri seperti di zaman Edo.
Tingginya status sosial golongan samurai
dikarenakan samurai dianggap prajurit elit
karena memiliki reputasi tinggi yang di-
peroleh dari kemenangan dalam berbagai
misi-misi militer Kekaisaran untuk
menumpas berbagai gangguan keamanan
negara sehingga menjadikan samurai se-
bagai golongan yang banyak berjasa bagi
negara. Tak hanya itu, prinsip hidup ber-
bushido
samurai tidak hanya dikenal ksatria di me-
dan perang, namun juga sebagai sosok yang
mencintai sekaligus menguasai seni, mem-
iliki pemikiran yang cerdas, serta selalu
Kami
lalui berbagai aktivitas spiritual sebagai
manifestasi keseimbangan antara konsep
bubun
(kemampuan sipil) yang menjadi identitas
diri samurai. Hal tersebut menjadikan golon-
gan samurai diaggap ‘sangat’ berbeda dari
prajurit ataupun rakyat biasa. Identitas sam-
urai tersebut direpresentasikan dalam novel
Tokaido Inn seperti dalam kutipan berikut :
Sang hakim mengantarnya ke taman
belakang rumah. Seperti umumnya rumah
hakim, taman menggambarkan rasa cinta
pada keindahan. Tumbuhan dan pohon
mengelilingi sebentuk kotak dengan lantai
koral putih bersih. Batu berbagai ukuran
tersusun sangat rapi.Seikei pernah melihat
yang seperti ini di kuil Zen Buddha di Kyoto.
Pendeta bersemedi di sana berjam-jam un-
tuk menenangkan pikiran.……..Tiba-tiba,
sang hakim menepukkan tangan dengan
kencang, dua kali. Ia memanggil Kami, jiwa
alam yang hidup di seluruh Jepang. Sang
hakim menoleh kearah Seikei, me-
nyuruhnya melakukan hal yang sa-
ma……..Kami akan melakukan perjalanan”,
kata sang hakim. “Kami mohon bimb-
inganmu supaya bisa menyelesaikan uru-
san ini. Anak ini ingin belajar banyak hal,
akan akan mengajarkannya semampuku,
ketika aku gagal, tunjukkanlah jalan bag-
inya. Jagalah dia dengan penuh kasih sa-
yang.”
(Tokaido Inn : 114-115)
Kutipan diatas adalah ketika Hakim Ooka
mengajak Seikei menuju sebuah taman
yang terletak di belakang rumahnya. Taman
tersebut adalah taman batu/taman Zen/
karesansui
dasarkan konsep-konsep Budha aliran Zen
yang umumnya digunakan untuk bermedi-
tasi. Keberadaan taman tersebut secara
tindak langsung merefleksikan bahwa si
pemilik yaitu Hakim Ooka yang merupakan
seorang samurai adalah orang yang me-
mahami dan mencintai seni dan keindahan.
Di taman tersebut Hakim Ooka bermeditasi
Kami
berkenan membantu tugasnya me-
nyelesaikan kasus pencurian batu rubi milik
Tuan Hakuseki. Hal ini mencerminkan iden-
titas samurai yang berkaitan dengan aktivi-
tas spiritual.
Identitas samurai sebagai pecinta seni juga,
direpresentasikan dalam novel Tokaido Inn
dalam dialog antara daimyo Hakuseki
dengan putri pengrajin kertas di penginapan
sebelum terjadinya peristiwa pencurian batu
rubi miliknya yang akan dihadiahkan kepa-
da Shogun, sebagai berikut :
“Aku butuh kertas yang bagus untuk me-
nyurati shogun,” “Mengerti? Untuk shogun,
aku membawakan dia hadiah, dan kuharap
sebait puisi indah menyertainya.”
“Maukan kau mendengar sajak ini?” tanyan-
ya. Terkejut, gadis itu tercenung sejenak,
lalu perlahan menunduk dan mengangguk.
“Ceri bermekaran menutupi bumi,” ia mem-
baca, “seperti kepala musuh-musuhku.”
Haiku
paling digemari oleh golongan samurai. Pa-
da saat musim semi tiba para samurai me-
nyelenggarakan pesta melihat mekarnya
(hanami)haiku
Fenny Febrianty